Pagi ini saya terbangun dari
tidur saya dalam keadaan tubuh saya lemas. Bukan karena saya sakit. Bukan pula
karena saya habis kerja rodi. Tapi saya lemas karena di dalam mimpi saya sedang
bertarung dengan sengit oleh seseorang yang berlaku curang. Hehe
Selama lima jam saya tidur, saya
bermimpi menjadi seorang yang dijebak oleh teman-teman sekolah saya sendiri
(ini ceritanya saya kembali jadi anak sekolah lagi). Saya dijebak untuk ikut
dalam turnamen seni bela diri muay thai. Seni bela dirinya orang Thailand. Tiba-tiba
ketika usai jam pelajaran, salah satu teman saya mengumumkan bahwa dikelas
saya, sayalah satu-satunya peserta yang ikut dalam perlombaan.
Saya kaget dan berusaha mengelak.
“nggak ah, nggak ah. Aku nggak bisa bela diri. Apalagi muay thai.” Just it I say.
Cuma itu yang saya katakan. Entah kenapa di dalam mimpi saya merespon hal yang
tidak penting bagi saya tersebut -___- yah namanya juga mimpi yak??
Kemudian tanpa latihan
sebelumnya, alur mimpi saya mengantarkan saya pada hari H turnamen tersebut. Ternyata
di dalam turnamen tersebut banyak juga teman-teman saya yang ikut. Mereka baik-baik.
Mereka peduli sama saya. Buktinya, sebelum pertandingan dimulai, mereka peduli
terhadap saya. Mereka memotivasi saya. Mereka memberikan semangat kepada saya. Atau
lebih ringkasnya.. (baca : mengompori saya). Parah.
Saya nggak tau apakah mereka
benar-benar teman saya atau mereka sebanarnya siluman terumbu karang? Nyesatin
gitu. Bukannya ngebantuin gimana caranya pulang, malah ngomporin biar bisa
menghayal seolah-olah saya bisa ngalahkan semua orang yang ada disitu.
hajar wes thur (sumber : google)
Bisa mati saya mah seandainya
kejadian di dalam mimpi saya ini terjadi beneran di dalam kehidupan nyata saya.
Yah, tentunya kalau saya memang benar-benar idiot ya. mau-maunya ikutin jebakan
itu.
-------
“nggak papa thur, ini kali pertamanya kan kamu
ikut turnamen ini? Kalah menang biasa. Namanya juga kamu nggak bisa muay thai,
kalah ya emang wajar thur. udah nggak papa.”
“iya thur, aku aja nggak bisa sama
sekali muay thai tetap ikut.”
“coba kamu liat orang itu. Dia nggak
bisa muay thai tapi tahun lalu di lolos terus sampai 5 besar. Hebat kan?”
“kalo kamu memang kepepet,
lari-lari aja buat menghindar, sampe lawanmu mati kecapean.”
“Itu mbak-mbak pelayannya,
gitu-gitu hebat muay thai lo, jangan sekali-sekali ganggu dia. Kamu gombalin
dikit, melayang tuh lutut.”
-------
Yah, itulah beberapa quote-qoute jahanam
dari teman saya. Padahal saya sudah menggigil lihat orang-orang di dalam
ruangan itu badannya kekar-kekar. Saya benar-benar ketakutan. Ini lebih
menyeramkan dan menakutkan daripada mimpi dikejar-kejar setan. Ketakutan yang
sama, pernah saya alami juga ketika saya masih kecil sedang nungguin detik-detik
untuk disunat.
Skip..skip-------
Semua orang yang ada di dalam
ruangan it, saya yakin mereka adalah orang-orang yang suka ngegym. Atau bisa
juga meraka adalah para tukang kuli bangunan. Gede-gede. Kotak-kotak kayak
jalanan nggak rata. Apalah dayaku sebagai anak sekolah yang kurus seperti ini. Jangankan
di hajar, di sentuh mereka aja udah patah ni tulang. Saya kekar. Iya kekar. Kekar+empeng.
(baca: kekurusan).
Pertandinganpun di mulai. Saya melihat
langsung dua orang di arena sedang hajar-hajaran. Saya berpikir, kok mereka
tega ya saling pukul begitu. Padahal sudah sama-sama berdarah. Tapi masih tega
aja saling pukul sampai diantara mereka berdua ada yang goyah dan lengah yang
akhirnya jatuh. Entah kehabisan tenaga, pingsan atau mungkin mati.
Hati saya lembut banget ya? Nggak
tegaan gitu.
Yak, besok saya melamar jadi
biksu.
Tenang aja.
Jeng.. jeng..jeng.. akhirnya
nomor urut saya di sebutkan. Jantung udah di ujung jembatan. Mundur, malu sama
mantan. Eh bukan. Malu sama orang-orang. Yaudah maju aja walaupun hasilnya
sesuai bayangan.
Saya maju dengan kaki yang tidak
seimbang. Getar-getar. Nelan ludah. Musuh saya terlihat seperti seorang dukun. Tapi
terlihat juga seperti orang yang sudah berpengalaman. Sangat percaya diri. Mukanya
sangar. Di lehernya penuh rantai. Di jarinya, penuh batu akik. Yasudah,
habislah saya. Dalam hati bilang gitu.
Kok bisa limbad? Saya nggak tau! Namanya
juga mimpi, kadang ngawur kemana-mana.
Coba deh di bayangin. Ada anak
sekolah lagi mau berantem sama bapak-bapak kayak limbad itu. Seandainya itu
anda, apa yang anda lakukan? Tetap disitu atau pura-pura ijin ke toilet terus
kabur?
Teng.. teng.. teng. Lonceng pertandingan
di mulai. Si Limbad mulai mengeluarkan ancang-ancang bela dirinya. Apa yang
saya lakukan? Saya juga dengan ancang-ancang dan posisi seperti siap bertarung.
Sok-sokan opsi penting ya. Kali aja bisa nambah nilai di mata juri.
Saya siap bertarung
Teman-teman saya di pinggir arena
teriak-teriak dengan quote-qoute jahanamnya itu.
“kamu pasti bisa thur.”
“semangat thur.”
“Cuma limbad aja lo. Bakar aja jenggotnya.”
Terus mereka ketawa-ketawa sampe
ngakak. “mati kau thur”
Oke, dalam hati saya bilang, “kalian
bukan teman gue. Mati dah. nggak ada yang nolongin gini. Teman sendiri tau-tau
jadi siluman.”
Pertarungan dimulai, saya
bertarung dengan limbad. Saya masih bisa menangkis, menghindar dan juga
melawan. Saya masih ingat jurus-jurus tiga bela diri yang pernah saya pelajari
dulu.
Pertarungan sangat sengit “Antara
aku dan dia”
Asik.
-------
Suara penonton semakin nyaring. Kobaran
semangat menggila-gila di dalam ruangan itu. Si Limbad mulai capek kayaknya. Karena
bingung gimana caranya ngalahin saya, eh dia ngeluarin pedang. Nggak tau deh
darimana munculnya pedang itu. Yah namanya juga pesulap.
Waktu melihat dia ngeluarkan
pedangnya, saya makin ciut lagi. Jantung bener-bener mau copot. Saya sudah
berpikir bahwa saya harus kabur. Tempat saya bukan disini.
Limbad maju dengan pedangnya. Pas
dia mau nebas saya, saya lari.
Seketika arenanya tiba-tiba
berubah menjadi indomaret. Ajaib. Saya lari-lari, kejar-kejaran sama limbad di
indomaret.
Kok bisa nyambung ke indomaret? Saya
nggak tau! Namanya juga mimpi, kadang ngawur kemana-mana.
Kemudian setelah bebarapa menit
kejar-kejaran, si Limbad jatuh nggak berdaya. Sepertinya kecapean gitu. Saya senang
soalnya masih hidup dan nggak ada luka-luka sedikitpun.
Saya yakin pasti saya menang. Orang-orang
juga banyak yang bilang, “hidup Fathur”
Yaiyalah saya hidup. Coba saya
mati. Teriakannya juga pasti berubah. “mati fathur” -_____-
-------
Wasit mulai mengumumkan,
pemenangnya adalah…………. Lim…………….bad.
Teriakan semua penonton membuat suasana
menjadi sangat ribut. Banyak yang protes. Dan saya kecewa. Haha.
Ketika saya ingin protes, tau-tau
saya kebangun dari tidur saya dengan keadaan capek. Sumpah capek banget habis
lari-larian di dalam mimpi. Masih ada sisanya jantung berdebar-debar. Saya bingung
ini mimpi buruk atau apa sih. Sampe buat saya dag-dig-dug-der gini. Saya istigfar
sebentar habis itu langsung ke kamar mandi buat cuci muka.
Di dalam mimpi tersebut saya
merasa menjadi orang yang sangat bodoh sekali seperti di film-film. Kenapa
begitu? Karena mulai awal, mau-mau aja gitu lo masuk ke jebakannya teman-teman.
Walaupun sudah mengelak, tapi kenyataannya saya tetap datang juga ke turnamen
pada hari H tersebut. Padahal kan bisa saja saya pura-pura sakit atau pergi ke
luar kota misalnya? Lagian yang daftar ke turnamen itu juga bukan saya. Jadi, nggak
ada tanggung jawab saya to?
Yah gimana, namanya juga mimpi. Kita
nggak bisa ngatur sesuai inginnya kita. Tapi lumayan, dari mimpi tersebut ngingatin
supaya saya harus berolahraga lagi. Jaga stamina. Siapa tau suatu hari nanti
bisa dipakai buat keadaan darurat. Kalo stamina kuat kan kaburnya bisa lebihnya
kenceng. Contoh, misalya di kejar anjing gitu. Haha
Itulah cerita saya kali ini, buat
anda yang punya cerita sejenis seperti cerita saya tersebut, tulis aja di kolom
komentar. Atau mungkin punya cerita juga di blog anda masing-masing. Tulis aja
linknya, pasti saya dengan senang hati akan berkunjung juga.
-------
Tengkyu… en hepi wiken^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)