Orangtua Bukan Mesin Penghasil Uang

Untuk menghindari hedonisme, saya seringkali dikatakan ini dan itu oleh teman-teman saya dan saya tau bahwa mereka cuma bercanda aja. Memang, saya sering diajak keluar, diajak nongkrong, diajak nonton, karokean, dll. Tapi seringkali saya nolak. “Skip dulu yaa” itu biasanya jawaban saya.

Sanking seringnya saya jawab seperti itu, teman-teman saya langsung nimpali saya dengan kata-kata “Fathur sombong sekarang, udah nggak mau ngumpul sama kita lagi.” Dan saya cuma bisa ketawa-ketawa aja ketika mereka mulai masuk mode bullying. “bukan gitu rek”

Pernah juga salah satu teman saya justru menduga-duga saya dengan dugaan yang aneh-aneh. “kamu kok jarang kelihatan sih? diajak ngumpul jarang mau. Dikampus nggak pernah keliatan. UKM juga keluar. Misterius loh anak ini? apa jangan-jangan kamu ikut organisasi teroris? Hahahahahahaha” *UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)

Padahal saya bukan anggotanya orang ini

Karena saya dituduh yang enggak-enggak seperti itu, yasudah saya lanjutin aja cerpennya. Dan jadilah cerpen lucu versi saya. Dia suka nggak tahan kalo kami sudah membicarakan hal ini. Ketawanya bisa pecah.

Waktu semester ganjil kemaren, Sekitar 1 bulan kami libur. Karena nggak ada aktivitas kuliah, teman-teman saya banyak yang pulang kampung. Jadi kami nggak ada ketemu selama sebulan itu. Nah, senin kemaren adalah hari pertama masuk kuliah.

Baru hari pertama, teman-teman saya sudah ngajakin nongkrong, nonton film dan berwisata ria lagi.

#savedompet *itu adalah hastag yang saya koar-koarkan di grup chat.

Hari selasa kemaren saya ikut nongkrong bareng teman-teman saya. Sekalian makan juga sehabis pulang kuliah. Sambil makan, kita sambil membahas masalah nonton dan juga masalah wisata. *buat yang belum tau. Kalo kuliah di Malang, godaannya besar banget. Karena Malang punya banyak wisata. Baik wisata indoor ataupun outdoornya. Jadi bagi kalian yang ingin kuliah di Malang, kuat-kuatin mental dan keuangan. Karena bisa salah fokus antara kuliah dan jalan-jalan. Haha..

Pantai Goa Cina

sumber : blakraxtrip.com

Gunung Bromo

sumber : batemuritours.co.id

Musium angkut

Sumber : www. tribunnews.com

Dan masih banyak lagi tempat wisata lainnya.

Pas waktu makan, teman-teman saya kompak membully saya. “eh Fathur rek, selalu nolak kalo kita ajak nongkrong. Selalu bilang nggak ada duit. Tapi taunya jalan-jalan ke kawah ijen. Jalan-jalan ke Yogyakarta. Oh gitu ya sekarang.”

“Iya, kemaren pas diajakin makan di Nelongso juga dia nolak. Nolaknya nggak pake alasan yang jelas lagi. cuma bilang aku skip dulu ya reks. Oh ternyata, kalo ke Jogja baru ada uangnya.”

Dan…….

Lagi-lagi saya cuma bisa ketawa. “Hahahahahahahahhahahahhahaha” Timpalan darimana-manapun terus menghujani. Saya menjadi pihak yang terbully.

Padahal kenyataannya saya nggak selalu nolak kok, terkadang saya mau aja ikut ngumpul, makan, jalan-jalan bareng mereka. Hanya saja, yang selalu diingat adalah pas saya nggak ikutnya, pas saya nolaknya. Saya sudah pernah membela diri dengan mengatakan itu, tetapi………..

”kamu lebih sering nolaknya thur daripada ikutnya” …….itulah jawaban mereka.

Baiklah. *tertunduk lapar* suara satu orang akan kalah oleh suara satu grup ketika mereka kompak menyerang-

“Aku terima dengan lapang dada rek!”

****

Jujur saja, saya bukanlah tipe orang yang easy going. Tetapi saya juga nggak pernah lupa tentang kapan saya harus bersosialisasi dan kapan saya harus menyendiri. Diantara keduanya, saya berusaha agar porsinya tetap sama.

Terus mengapa saya sampai dianggap seperti itu oleh teman-teman saya? Itu karena saya mencoba untuk menjadi beda. Selain itu juga karena saya nggak mau jadi orang yang konsumtif.

Padahal menurut saya sendiri, semenjak saya kuliah, saya sudah termasuk orang yang konsumstif. Saya jadi lebih sering jajan.

Beda banget sama masa sekolah dulu. Saya lebih suka nabung daripada belanja macam-macam. Keberhasilan nabung ini juga berimbas pada keberhasilan saya mendapat barang yang saya idam-idamkan walaupun harus nabung lama.

Tapi sekarang? Sudah nggak bisa lagi buat nabung. Uangnya selalu teralokasikan pada hal-hal yang sifatnya urgen.

Karena sudah mengetahui kondisi seperti ini, maka dari itulah sebisa mungkin saya harus menghindari hedonisme. Emang sih hedon itu asik, menyenangkan, lebih kelihatan hits, kekinian. Tapi kalo itu semua di dapatkan dari hasil keringat oranglain, itu sama aja menggambarkan diri kita belum bijak sama sekali. Belum saatnya. Belum waktunya saya hedon. Kira-kira seperti itu yang saya pikirkan.

Belum saatnya hedon

Orangtua bukan mesin penghasil uang. Jika saya belum bisa membalas jasa-jasanya, setidaknya saya tahu diri dengan tidak membakar-bakar uang mereka demi kesenangan diri saya.

Terkadang, ketika saya sedang ngumpul bareng teman-teman entah di cafe atau dimanapun yang cenderung fun fun-an, misalnya nih saya lagi ketawa-ketawa ngakak bareng mereka. Saya sering sekali teringat orangtua saya. “apa mereka disana lagi ketawa-ketawa ngakak juga? Apakah mereka disana lagi minum dan makan-makanan ini juga? Atau malah sebaliknya? Nggak sama sekali.

Saya pernah marah kepada ibu saya karena nggak ngabari kalo beliau ternyata sedang masuk rumah sakit. Saya baru diberi kabar setelah hari keempat pas beliau sudah boleh pulang ke rumah. Disitu saya marah. Kenapa saya marah? Karena saya takut. Dalam tiga hari beliau sakit itu apa yang saya lakukan disini? Jangan-jangan saya lagi ngakak bareng teman-teman. Jangan-jangan saya lagi fun fun-an ditempat makan. Atau apapun itu.

-Itu sangat memalukan buat saya-

Untung aja dalam tiga hari itu setelah saya ingat-ingat, saya nggak lagi senang-senang. Jadi nggak ada sama sekali penyesalan. Untung.

Gimana kalo seandainya pas hari itu saya lagi happy-happy Atau nongkrong sampai nggak ingat waktu? Padahal orangtua dirumah lagi sakit –secara nggak langsung, saya udah seperti anak yang durhaka.

Orangtua bukan mesin penghasil uang. Mereka punya harapan dan rasa lelah. Mereka adalah orang yang setengah mati mau berjuang tetapi bukan untuk dirinya. Sekalipun mereka memang sengaja menyirami kita dengan harta berlimpah, tetap jangan sekalipun anggap mereka itu mesin penghasil uang.

Maka dari itu, jauh-jauhilah hedonisme supaya nggak durhaka :)