Walaupun saya bukan MABA (Mahasiswa Baru) lagi, tapi ada beberapa
catatan yang menurut saya penting sekali untuk saya tulis kali ini. Harapannya
sih biar kesalahan-kesalahan tersebut nggak dilakukan ulang sama maba-maba
berikutnya. Hayo, saya kurang peduli apalagi coba?
Saya sudah melewati masa maba, setidaknya saya tahu
banget tentang masa-masa transisi itu. Masih panas-panasnya darah. Masih besar-besarnya
semangat buat kuliah. Haduh, maba-maba.. jangan terlalu berekspektasi yang
bagus-bagus deh. Hahaha.
Sebenarnya tentang tiga kesalahan ini, bukan
berarti mutlak kesalahan dari si mabanya tersebut. Tapi karena masih kurangnya
pengalaman aja dan juga arahan dari orang-orang yang sudah pernah menjalaninya.
Ada tiga kesalahan tersebut yaitu :
YANG PERTAMA, Besar
keinginan daripada kebutuhan
Ini teruntuk maba-maba perantauan khususnya.
Sebagian besar dari mereka banyak sekali yang lupa kalau sebenarnya mereka
adalah perantau yang hanya untuk sementara waktu saja di tempat rantaunya. Kita
tidak selama-lamanya di perantauan. Apalagi dengan tujuan kuliah, besar
kemungkinannya kita akan kembali lagi ke kampung halaman, atau mungkin juga
kita akan berpindah tempat untuk memulai kehidupan yang baru. Kalaupun sampai
menetap ya Alhamdulillah.
sumber : diamita.wordpress.com
Nah biasanya, para maba ini punya semangat belanja
yang tinggi banget. Menurut saya wajar. Solanya mereka masih baru di tempat
yang baru. Masih belum punya apa-apa. Tapi yang jadi masalah ialah ketika semua
kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi, semangat belanja itu masih tetap ada. Masih
semangat banget buat belanja macam-macam yang sebenarnya nggak terpenuhi pun
nggak jadi masalah. Contohnya beli bajulah, celana, tas, jaket, topi, sepatu,
akuarium, rumah burung, dispenser, poster-poster, sound sytem, TV, AC portable,
kipas angin PS 4, dan semua barang-barang yang fungsinya hanya untuk
memfasilitasi diri aja yang akhirnya, kamar kos penuh dengan barang.
sumber : www.mibah.com
Inilah yang dimaskud dengan keinginan. Keinginan
ini muncul karena nafsu. Menurut saya, keinginan itu nggak akan pernah ada
habisnya. Justru cenderung bertambah dan terus bertambah. Hey ingat. Ini diperantauan.
Rumah yang sebenarnya bukan disini tapi dikampung halaman. Suatu hari kita akan
kembali lagi ke tempat asal kita. Terus semua barang-barang yang sudah numpuk
itu mau dikemanakan? Di jual? Di timbang? Di sodakohkan? Atau apa? Hahaha.
Pernah suatu hari teman saya nyeletuk kepada saya
ketika dia main ke kosan saya. “kok barang-barangmu sedikit sih thur?”
Iya, barang-barang saya memang sedikit. Saya sudah
memikirkan hal ini. Saya cuma membeli barang yang saya butuhkan aja. Soalnya saya
nggak mau rempong di kemudian hari.
*cukup modul-modul dan buku-buku kuliah tiap
semester aja yang menuhin isi kamar
Kemaren saya sempat lihat kakak kelas saya yang sudah
lulus. Di hari-hari terakhirnya ngekos, dia sibuk packingin barang-barangnya
yang naudzubillah numpuk. Kardus yang dibutuhkan bukan lagi seukuran kardus mie
atau kardus aqua. Tapi kardus-kardus kulkas dan juga kardus TV 32 inch yang dia
cari. Hahaha. Bayangin. Jadi sebagian barang ada yang di paketin, sebagiannya
lagi di bawa pulang sendiri. Kira-kira sudah kebayang nggak betapa rempongnya
itu? Hahahah.
YANG KEDUA, Kuliah
jadi nomor dua setelah pentingnya organisasi
Biasanya, karena masih semangat-semangatnya jadi
mahasiswa, maba ini seringkali menjadi target besar untuk perekrutan
organisasi-organisasi kampus oleh para senior. Karena merekalah yang paling
mudah di bujuk rayu untuk gabung. Ya sah-sah saja sebenarnya kalau memang mau jadi
mahasiswa yang aktif.
Tapi ingat, jangan posisikan kuliah pada urutan
kedua setelah organisasi. Perlu di ingat kembali, bahwa kita masuk kuliah itu
tujuan awalnya adalah untuk kuliah. Bukan sebaliknya.
Biasanya para senior memberikan cerita tentang
kisah suksesnya senior-senior terdahulu ketika berorganisasi. Cerita-cerita
yang paling bosan saya dengar adalah
seperti cerita tentang “si kakak X dulu walaupun aktif di organisasi,
tapi dia juga dapat nilai yang bagus. Dia cumlaude. Mereka juga lebih sukses daripada teman-temannya yang kupu-kupu, yang kuliah cuma datang duduk diam dan... bla..bla..bla”
sumber : www.dietrendahkalori.com
Nah cerita seperti inilah yang biasanya di telan
mentah-mentah oleh maba. Seharusnya dipikir dulu, kehidupan senior X dan diri
kita bisa jadi nggak sama. Mungkin aja senior X adalah seorang yang jenius.
Tanpa belajarpun dia bisa. Mungkin aja karena dia punya ingatan yang kuat. Tapi
diri kita? Hanya kita yang mengerti sampai mana kapasitas diri kita sendiri.
Saya pernah dengar keluhan dari teman-teman saya
tentang organisasinya. Dia sempat dilarang belajar untuk ujian esok harinya
karena tugas dia di organisasi masih ada. Jawaban dari seniornya, “kita semua
disini sibuk. Disini semuanya mahasiswa. Semuanya juga ujian. Nggak kamu aja.”
Pedaaaaaaaaaaaaaas.. hahaha. Terus apa sikap saya? Saya nggak memihak salah
satu diantara keduanya. Karena memang resikonya gabung organisasi ya bakal
dapat tugas tambahan.
Atau kadang-kadang juga ada keluhan-keluhan lewat
status di sosmed yang menyinggung organisasinya sendiri yang sedang bermasalah.
Dan yang lebih parah lagi, sampai ada yang bolos
kuliah demi organiasasinya. Nah ini dia yang sangat di sayangkan. Karena, tujuan
awalnya sudah mulai abu-abu.
Dulu saya pernah juga ijin kuliah gara-gara
organisasi. Saya dipaksa. Kebetulan saat itu job saya memang sangat urgen
banget untuk acara esok harinya. Maka dari itu harus saya selesaikan dan
terpaksa kuliah saya yang jadi korban. Well, bagi saya kejadian itu cukup jadi
yang pertama dan yang terakhir. Karena saya berpikir. Jika seandainya biaya
kuliah itu kisaran Rp 30.000 s/d Rp 50.000 setiap kali pertemuan, maka disana
ada amanah orangtua yang sudah kita khianati saat kita bolos kuliah demi
kepentingan yang lain.
Tapi bagi yang biaya sendiri, abaikan tentang
pertimbangan saya tersebut.
Terkadang juga, karena terlalu sibuk dengan
organisasinya, Tugas-tugas kuliah justru terbengkalai. Terutama tugas kelompok.
Biasanya tipe organisator inilah yang paling sering saya hindari buat saya ajak jadi satu kelompok tugas. Kenapa? Karena biasanya menyocokkan jam kita dengan mereka itu
susah banget. Selalu ada aja alasannya buat nggak datang untuk ngejakan tugas
kelompok. Selain itu, karena sibuk dengan organisasinya, kadang-kadang
ngerjakan tugas organisasi lebih banyak porsinya. Terus pas kuliah, tidur dikelas. Pas ujian
bingung. Cari jawaban sana-sini. Padahal kalo di organisasi, mungkin aja dia
idealis sekali. Hahaha.. agak lucu menurut saya. Pengen idealis, tapi lemah
integritas.
sumber : www.quickmeme.com
Saya suka menamai hal seperti itu dengan sebutan PENGACARA
(Pengangguran Buanyak Acara).
Kemudian, ketika saya sudah merasa cukup merasakan
organisasi sejak jaman sekolah sampai kuliah. Akhirnya saya memutuskan untuk
keluar dari semua organisasi yang saya ikuti. Dan saya lebih memilih untuk
kebebasan diri saya sendiri untuk lebih mengembangkan diri. Dimanapun dan
kapanpun.
“Kadang-kadang, orang yang kelihatan sibuk akan kalah dengan orang yang nggak terlihat sibuk tetapi kualitas hidupnya lebih produktif dan lebih banyk menghasilkan karya.”
*catatan : kalo memang pengen berorganisasi, carilah
oraganisasi yang sehat :)
Khususnya maba nih. karena sudah merasa bebas. Nggak lagi masuk pagi pulang sore, jauh dari oratua, uang di atm lancar aman terkendali. Gaya hidup pun mulai berubah. Ketemu dengan teman-teman baru dari berbagai macam daerah. Karena nggak ada yang ngontrol dan cenderung mulai terpengaruh dengan teman, akhirnya jadi hedon. Ikut-ikutan gaya hidup teman/ kelompok. Menjadi salah satu kesalahan terbesar apabila hal ini terjadi. Tapi biasanya memang terjadi pada fase-fase maba tersebut sebelum mereka sadar dengan sendirinya oleh keadaan dan pengalaman.
Bagi saya sendiri, hedonisme itu adalah monster. Ini saya tanamkan di dalam pikiran saya. Saya sempat nulis tentang hedon ini pada postingan saya sebelumnya. Baca aja selngkapanya di >> Orangtua Bukan Mesin Penghasil Uang
****
Nah, jadi itulah tiga kesalahan maba yang paling
sering terjadi. Kalau misalnya kalian ada tambahan, mungkin ternyata ada empat,
lima atau enam, tambahin aja di kolom komentar. Siapa tau bisa menjadi wawasan
baru bagi yang membaca. Apalagi yang baca anak-anak SMA yang tahun ini bakal masuk
kuliah. Bisa sangat berguna sekali ketika mereka mengetahui hal-hal ini sebelum
merantau untuk kuliah.
Maba-maba dan calon
maba………. Mana suaranyaaaa???????????
Hahaha..
Yeayy calon mabaa.. semoga bisa banyak mengantisipasi buat kedepannya :)
BalasHapuswah wah. ciyee haha. semangat yak!
HapusKadang aku juga merasa masih maba tur haha
BalasHapusohya? selamat ya intan :)
Hapus*tolong sadar
yang nomor dua sering bgt kejadian di temen gw. organisasi jalan.. kuliah mogok >.< makanya gw kadang agak gimanaaa gitu sama anak organisasi. yah walopun sebenernya kalo ditekuni dgn bener, organisasi itu banyak manfaatnya juga kok.
BalasHapusgw gak mau bayangin gimana repotnya gw ngeboyong semua barang-barang di kamar kos. aaakhhh!!!! bener deh, dedek-dedek maba dan calon maba mesti baca. biar gak kelepasan kalo udah di tanah rantau.
http://tulisandarihatikecilku.blogspot.com
hahaha. nah makanya itu kita harus kurang-kurangin deh beli barang yang nggak terlalu dibutuhin ^^
Hapusmaslah gue yg no 1 gan
BalasHapuswah, harus lebih tegas lagi pras sama diri sendiri :D
HapusWaktu maba saya nggak ngikutin ketiganya sih. Saya nggak ikut organisasi, nggak ikut-ikutan orang, dan selalu mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. sungguh saya ini maba idaman para ibu di kampung. :"
BalasHapuszuper sekali Firman. pasti ibumu bangga sama anaknya yang nggak pinter foya-foya ini. hehe
Hapusthanks fir sudah berkunjung ^^
nah semoga sealu pesan ortu biar tetap fokus.
BalasHapusijin gabung yah
Siap Bang day.. terimakasih sudah berkunjung bang ^^
HapusYang nomor 2 setuju banget.
BalasHapusSaya juga sempet aktif di 2 organisasi waktu masih maba. Tapi lama kelamaan saya ngerasa nggak bisa ngebagi waktu antara kuliah dan organisasi. Iya, saya emang nggak jago multitasking. Apalagi kalo ada event yang mengharuskan buat bolos kuliah. Duh, nggak deh. Selama 3,5 tahun kuliah, saya belum pernah bolos sama sekali lho *pamer* Mungkin karena kuliah masih dibiayain ortu, jadi ngerasa nggak tega buat bolos, selalu berusaha dapet IP bagus, dan berusaha cepet lulus *tumben bener* wkwk maap curhat :D
wooow 3,5 tahun.. doain saya mbak bisa begitu juga hehe..
Hapusjadi semangat nih habis di kunjungin blogger pinter ^^
Gua bukan lagi maba, tapi karena pernah ngerasain jadi maba di dua kampus, jadi pengen share aja disini :p
BalasHapusMaba di kampus pertama, gua murni dibiayain ortu. Waktu itu gua ngga ngekos, jadi ngga tahu gimana rasanya jadi anak kos. Tapi poin yang kedua bener tuh, dan gua pernah melakukan kesalahan itu. Ada satu acara dimana gua jadi panitia seksi acara dan menuntut untuk terus update informasi. Kakak kelas pernah bilang kalo kita mesti profesional, dan kalo gua ngeluh mau belajar ujian, mereka akan bilang, "kamu harus pinter atur waktu". Duh, itu terakhir kalinya gua nyemplung kepanitiaan. Banyak sih manfaatnya dari organisasi, tapi kita tetep harus menomorsatukan kuliah.
Maba di kampus kedua, gua mencoba lepas dari dukungan finansial ortu, nyoba mandiri. Disini gua bener-bener sadar bahwa pendidikan itu tetep yang utama. Alhamdulillah sih gua ga pernah terbujuk untuk hedon kayak temen-temen yang laen. Poin ketiga emang bener, banyak yang suka menghamburkan uang karena terpengaruh lingkungan.
Bener bang, kuliah tetap tujuan utamanya. masalah organisasi, tentunya banyak manfaat selagi bener-bener masuk di organisasi yang sehat :)
Hapushampir mirip.... kuliah gue sampe sekarang gak selese - selese, tapi bukan karena organisasi, gara-gara keenakan investasi. Lupa bikin skripsi, akhirnya jadi males sendiri.... keenakan cari duit :D
BalasHapuswaduh.. mainannya investasi. berat-berat :D
Hapusasik banget itu mbak kalo skripsinya kelar, uang pun makin lancar.. ^^
Ampooooooooonnnnnnnn jangan sebut kata itu lagiiiii.....
Hapus>_<
tiba-tiba sesak napas....
Hahahaha. Yang kedua itu adekku banget. Gara-gara dia ikut organisasi, tugas kuliahnya jadi terbengkalai. Sering pulang telat, bahkan pulang malam. Nginap di kampus. Sampe ngekhawatirin Mamaku yang emang dasarnya protektif dan perhatian berlebihan. Akhirnya di semester empat, dia udah nggak ikut organisasi lagi.
BalasHapusNah yang hedonisme itu, kasihan orangtuanya. :(
Boleh nambahin lagi nggak, Thur? Jatuh cinta pada kakak tingkat yang kelihatan kharismatik, padahal player. Bukannya kuliah, malah sibuk pacaran. Pas putus, malah jadi phobia pacaran. Itu salah banget menurutku :(
dimana-mana, orang-orang itu sebenarnya tau hedonisme itu gak bagus. tapi pada kenyataannya, buat ngehindari itu masih gak mau. hehe
Hapusmasalah jatuh cinta ya? haha. kalo di bilang salah iya juga. udah tau statusnya kuliah. ya seharusnya sibuknya di kuliah. bukan sibuk di pacaran :D
Belajar dulu nih sebelum jadi maba. :')
BalasHapusyang doyan belanja pasti karna uang yang dikasih orangtua udah bulanan jadi yaa gitudeh.
yaps, karena masih kaget di awal-awal. jadi masih belum biasa ngatur keungannya ^^
HapusYang organisasi ni, dulu aku mlh ga minat masuk........
BalasHapusUda setress ama tugas kuliah, jd gasempet ikutan wkwkk
wah wah.. spesialisnya ikan mampir hehe..
Hapusiya mbak, kita harus lebih mengetahui lagi kapasitas diri kita sampai mana :)
Hedonisme. Wkaka
BalasHapusitu yang paling temen temen kuliah aku sering banget hindari kalo lagi keluar sama temen temennya yang udah kerja. Temen temennya pada beli ini itu, dia ikutan beli. Terus sebulan makan indomi, ya gitu lah ya mahasiswa hahaha. Kasian.
Semangaaaaaat mahasiswa indonesa
mantabs.. Jangan latah la ya intinya..
Hapusthanks Laili sudah berkunjung ^^
Waduh bahas Maba, jadi minder #merasatua ,, haha
BalasHapusKalau aku perhatiin, kesalahan Maba yg sering itu adalah over gaya.. maklum lah abis sekolah belasan taun tiap hari pake seragam sepatu keds gak boleh make up aneh2,, jadi anak kuliahan bisa lebih bebas.. saking excitednya jd anak kuliahan gak jarang malah jadi saltum..
iya mbak. kayak burung yang lepas dari sangkarnya hehe :D
HapusBenar juga, gue udah mencoba hidup ngekos dan itu benar banget, apalagi nomor 1.
BalasHapusYoi ^^
Hapus