Sabtu, 29 Agustus 2015

Petualangan Lima Jam


Pagi ini saya terbangun dari tidur saya dalam keadaan tubuh saya lemas. Bukan karena saya sakit. Bukan pula karena saya habis kerja rodi. Tapi saya lemas karena di dalam mimpi saya sedang bertarung dengan sengit oleh seseorang yang berlaku curang. Hehe

Selama lima jam saya tidur, saya bermimpi menjadi seorang yang dijebak oleh teman-teman sekolah saya sendiri (ini ceritanya saya kembali jadi anak sekolah lagi). Saya dijebak untuk ikut dalam turnamen seni bela diri muay thai. Seni bela dirinya orang Thailand. Tiba-tiba ketika usai jam pelajaran, salah satu teman saya mengumumkan bahwa dikelas saya, sayalah satu-satunya peserta yang ikut dalam perlombaan.

Saya kaget dan berusaha mengelak. “nggak ah, nggak ah. Aku nggak bisa bela diri. Apalagi muay thai.” Just it I say. Cuma itu yang saya katakan. Entah kenapa di dalam mimpi saya merespon hal yang tidak penting bagi saya tersebut -___- yah namanya juga mimpi yak??


Kemudian tanpa latihan sebelumnya, alur mimpi saya mengantarkan saya pada hari H turnamen tersebut. Ternyata di dalam turnamen tersebut banyak juga teman-teman saya yang ikut. Mereka baik-baik. Mereka peduli sama saya. Buktinya, sebelum pertandingan dimulai, mereka peduli terhadap saya. Mereka memotivasi saya. Mereka memberikan semangat kepada saya. Atau lebih ringkasnya.. (baca : mengompori saya). Parah.


Saya nggak tau apakah mereka benar-benar teman saya atau mereka sebanarnya siluman terumbu karang? Nyesatin gitu. Bukannya ngebantuin gimana caranya pulang, malah ngomporin biar bisa menghayal seolah-olah saya bisa ngalahkan semua orang yang ada disitu.

hajar wes thur (sumber : google)

Bisa mati saya mah seandainya kejadian di dalam mimpi saya ini terjadi beneran di dalam kehidupan nyata saya. Yah, tentunya kalau saya memang benar-benar idiot ya. mau-maunya ikutin jebakan itu.
-------

 “nggak papa thur, ini kali pertamanya kan kamu ikut turnamen ini? Kalah menang biasa. Namanya juga kamu nggak bisa muay thai, kalah ya emang wajar thur. udah nggak papa.”

“iya thur, aku aja nggak bisa sama sekali muay thai tetap ikut.”

“coba kamu liat orang itu. Dia nggak bisa muay thai tapi tahun lalu di lolos terus sampai 5 besar. Hebat kan?”

“kalo kamu memang kepepet, lari-lari aja buat menghindar, sampe lawanmu mati kecapean.”
“Itu mbak-mbak pelayannya, gitu-gitu hebat muay thai lo, jangan sekali-sekali ganggu dia. Kamu gombalin dikit, melayang tuh lutut.”
-------

Yah, itulah beberapa quote-qoute jahanam dari teman saya. Padahal saya sudah menggigil lihat orang-orang di dalam ruangan itu badannya kekar-kekar. Saya benar-benar ketakutan. Ini lebih menyeramkan dan menakutkan daripada mimpi dikejar-kejar setan. Ketakutan yang sama, pernah saya alami juga ketika saya masih kecil sedang nungguin detik-detik untuk disunat.

Skip..skip-------

Semua orang yang ada di dalam ruangan it, saya yakin mereka adalah orang-orang yang suka ngegym. Atau bisa juga meraka adalah para tukang kuli bangunan. Gede-gede. Kotak-kotak kayak jalanan nggak rata. Apalah dayaku sebagai anak sekolah yang kurus seperti ini. Jangankan di hajar, di sentuh mereka aja udah patah ni tulang. Saya kekar. Iya kekar. Kekar+empeng. (baca: kekurusan).

Pertandinganpun di mulai. Saya melihat langsung dua orang di arena sedang hajar-hajaran. Saya berpikir, kok mereka tega ya saling pukul begitu. Padahal sudah sama-sama berdarah. Tapi masih tega aja saling pukul sampai diantara mereka berdua ada yang goyah dan lengah yang akhirnya jatuh. Entah kehabisan tenaga, pingsan atau mungkin mati.

Hati saya lembut banget ya? Nggak tegaan gitu.

Yak, besok saya melamar jadi biksu.

Tenang aja.

Jeng.. jeng..jeng.. akhirnya nomor urut saya di sebutkan. Jantung udah di ujung jembatan. Mundur, malu sama mantan. Eh bukan. Malu sama orang-orang. Yaudah maju aja walaupun hasilnya sesuai bayangan.

Saya maju dengan kaki yang tidak seimbang. Getar-getar. Nelan ludah. Musuh saya terlihat seperti seorang dukun. Tapi terlihat juga seperti orang yang sudah berpengalaman. Sangat percaya diri. Mukanya sangar. Di lehernya penuh rantai. Di jarinya, penuh batu akik. Yasudah, habislah saya. Dalam hati bilang gitu.

Musuh saya ini tidak asing. Karena dia seorang artis tanah air. “Limbad”


Kok bisa limbad? Saya nggak tau! Namanya juga mimpi, kadang ngawur kemana-mana.

Coba deh di bayangin. Ada anak sekolah lagi mau berantem sama bapak-bapak kayak limbad itu. Seandainya itu anda, apa yang anda lakukan? Tetap disitu atau pura-pura ijin ke toilet terus kabur?

Teng.. teng.. teng. Lonceng pertandingan di mulai. Si Limbad mulai mengeluarkan ancang-ancang bela dirinya. Apa yang saya lakukan? Saya juga dengan ancang-ancang dan posisi seperti siap bertarung. Sok-sokan opsi penting ya. Kali aja bisa nambah nilai di mata juri.

Saya siap bertarung 

Teman-teman saya di pinggir arena teriak-teriak dengan quote-qoute jahanamnya itu.

“kamu pasti bisa thur.”

“semangat thur.”

“Cuma limbad aja lo. Bakar aja jenggotnya.”

Terus mereka ketawa-ketawa sampe ngakak. “mati kau thur”

Oke, dalam hati saya bilang, “kalian bukan teman gue. Mati dah. nggak ada yang nolongin gini. Teman sendiri tau-tau jadi siluman.”

Pertarungan dimulai, saya bertarung dengan limbad. Saya masih bisa menangkis, menghindar dan juga melawan. Saya masih ingat jurus-jurus tiga bela diri yang pernah saya pelajari dulu.
Pertarungan sangat sengit “Antara aku dan dia”
Asik.
-------

Suara penonton semakin nyaring. Kobaran semangat menggila-gila di dalam ruangan itu. Si Limbad mulai capek kayaknya. Karena bingung gimana caranya ngalahin saya, eh dia ngeluarin pedang. Nggak tau deh darimana munculnya pedang itu. Yah namanya juga pesulap.


Waktu melihat dia ngeluarkan pedangnya, saya makin ciut lagi. Jantung bener-bener mau copot. Saya sudah berpikir bahwa saya harus kabur. Tempat saya bukan disini.

Limbad maju dengan pedangnya. Pas dia mau nebas saya, saya lari.

Seketika arenanya tiba-tiba berubah menjadi indomaret. Ajaib. Saya lari-lari, kejar-kejaran sama limbad di indomaret.

Kok bisa nyambung ke indomaret? Saya nggak tau! Namanya juga mimpi, kadang ngawur kemana-mana.

Kemudian setelah bebarapa menit kejar-kejaran, si Limbad jatuh nggak berdaya. Sepertinya kecapean gitu. Saya senang soalnya masih hidup dan nggak ada luka-luka sedikitpun.

Saya yakin pasti saya menang. Orang-orang juga banyak yang bilang, “hidup Fathur”
Yaiyalah saya hidup. Coba saya mati. Teriakannya juga pasti berubah. “mati fathur” -_____-
-------
Wasit mulai mengumumkan, pemenangnya adalah…………. Lim…………….bad.

Teriakan semua penonton membuat suasana menjadi sangat ribut. Banyak yang protes. Dan saya kecewa. Haha.

Ketika saya ingin protes, tau-tau saya kebangun dari tidur saya dengan keadaan capek. Sumpah capek banget habis lari-larian di dalam mimpi. Masih ada sisanya jantung berdebar-debar. Saya bingung ini mimpi buruk atau apa sih. Sampe buat saya dag-dig-dug-der gini. Saya istigfar sebentar habis itu langsung ke kamar mandi buat cuci muka.

Di dalam mimpi tersebut saya merasa menjadi orang yang sangat bodoh sekali seperti di film-film. Kenapa begitu? Karena mulai awal, mau-mau aja gitu lo masuk ke jebakannya teman-teman. Walaupun sudah mengelak, tapi kenyataannya saya tetap datang juga ke turnamen pada hari H tersebut. Padahal kan bisa saja saya pura-pura sakit atau pergi ke luar kota misalnya? Lagian yang daftar ke turnamen itu juga bukan saya. Jadi, nggak ada tanggung jawab saya to?

Yah gimana, namanya juga mimpi. Kita nggak bisa ngatur sesuai inginnya kita. Tapi lumayan, dari mimpi tersebut ngingatin supaya saya harus berolahraga lagi. Jaga stamina. Siapa tau suatu hari nanti bisa dipakai buat keadaan darurat. Kalo stamina kuat kan kaburnya bisa lebihnya kenceng. Contoh, misalya di kejar anjing gitu. Haha

Itulah cerita saya kali ini, buat anda yang punya cerita sejenis seperti cerita saya tersebut, tulis aja di kolom komentar. Atau mungkin punya cerita juga di blog anda masing-masing. Tulis aja linknya, pasti saya dengan senang hati akan berkunjung juga.

-------

Tengkyu… en hepi wiken^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)