Sabtu, 23 Juli 2016

Hari Itu Tentang Para Sahabat, Cinta dan Tempat

sumber: www.la-lights.com

Untuk bisa nulis secara damai, saya memerlukan ketenangan hati dan pikiran. Sudah berapa banyak ide yang saya lewatkan begitu saja. Tidak saya tuangkan ke dalam tulisan. Dengan begitu, aktivitas ngeblog ini saya kesampingkan untuk beberapa waktu.

Kangen juga sih buat ngeblog lagi. Ada sensasi tersendiri ketika nulis, kemudian rampung dan akhirnya di post. Kalau lagi damai-damainya dan waktu terasa cukup banyak, sangat mengasyikkan sekali jalan-jalan ke blog orang dan membaca tulisan mereka.

Sore ini saya mencari suasana damai untuk menulis, sambil mendengarkan lagu Payung teduh yang sampai hari ini belum membuat saya bosan terhadap lagu tersebut. Judulnya, Untuk perempuan yang sedang di pelukan.

Saya suka sekali. Syahdu.

Lagu ini seolah memberikan saya dorongan untuk nulis di sore ini. Sekaligus membuat pikiran saya mengalir begitu saja pindah ke dalam bentuk tulisan. Keadaan seperti inilah yang saya sukai. Ada kesamaan arah antara suasana hati saya dan niat untuk ngeblog. J  

Setiap kali saya mendengarkan lagu ini, ditambah lagi suasana hati saya seperti sekarang, rasanya saya sedang di bawa ke dalam kondisi dimana lagu ini masuk ke dalam pikiran saya. Yap, hari itu dan inilah yang ingin saya ceritakan.

Awalnya, saya yang paling sering menolak karena lagu ini di putar terus menerus di dalam mobil oleh teman saya yang saat itu menjabat sebagai supir. Yah, selama liburan jabatan itu tidak pernah lepas dari bahunya.

Saya katakan, “Ngapain sih dengar lagu beginian. Jangan bikin loyo. Mending lagu-lagu yang semangat gitu lo.”

Berkali-kali bilang seperti itu tidak membuahkan hasil. Mungkin sesekali lagunya diganti, tetapi untuk keberapa kalinya lagi, lagu ini kembali di putar. Saya nyerah kepada pak supir. Karena memang Ia punya hak dalam area kekuasaannya.

Dan kami berempat yang menjabat sebagai penumpang, hanya bisa menggantungkan nyawa kepada supir yang gendut.

Sebenarnya ada tiga lagu yang selalu di ulang-ulang.

Pertama, lagu HIVI –Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi
Kedua, lagu Yura feat Glenn Fredly –Cinta dan Rahasia
Dan yang Ketiga, lagu ini. Payung Teduh –Untuk wanita yang sedang di pelukan

Saya yakin diantara kami semua punya lagu masing-masing yang menjadi lagu paling diingat ketika sedang liburan saat itu.

Mungkin teman saya yang kepalanya berpitak dua, akan lebih terngiang oleh lagu HIVI. Lalu, teman saya yang berbadan kekar, akan terngiang oleh lagu Yura.

Okelah itu mungkin mereka. Tidak dengan saya. Saya lebih terngiang oleh lagu payung teduh tersebut. Group musik yang awalnya sama sekali tidak saya sukai, sekarang berubah. Hampir setiap hari lagu-lagunya saya dengarkan. Dan anehnya, saya tidak mengenal bosan.   

Lama-kelamaan lagu ini masuk ke dalam alam bawah sadar saya. Disaat yang bersamaan, hati saya sedang berbunga. Hati saya sedang berwarna merah muda. Ada perempuan yang menjadi bayangan setiap lagu ini di putar. Setiap lagu ini di putar dan setiap lagu ini di putar!

Segitunya? Iya. Segitunya.

Padahal saya masih ingat betul hari-hari sebelum saya liburan, saya masa bodoh terhadap cinta. Saya orang yang berhati datar. Seolah, saya tidak tertarik sama sekali saat teman-teman saya membahas soal cinta ataupun membicarakan perempuan.

Lucu sekali. Bolehlah sekali-kali saya mengatakan bahwa hidup ini terkadang misterius.

Waktu itu, ada dua perkenalan yang tidak saya minta, yang tidak saya harap-harapkan, dan yang tidak saya tunggu-tunggu. Dua perkenalan itu yang akhirnya kini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa lepas. Pertama, perkenalan antara saya dengan perempuan yang menjadi bayangan setiap lagu Payung teduh ini diputar. Kedua, perkenalan saya dengan lagu payung teduh ini yang sekarang menjadi lagu paling syahdu bagi saya untuk mengingat perkenalan saya dengan dia. Perempuan yang sedang di pelukan.  


Kebetulan? Saya kira awalnya juga begitu. Semua terjadi secara kebetulan. Tetapi, terlalu banyak kebetulan-kebetulan yang membuat saya berpikir, bahwa ini semua terdapat campur tangan Tuhan J

2 komentar:

  1. Terkadang musik memang selalu punya cara untuk membawa kita kembali pada kenangan. Bener mas bahwa tak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Bahkan yang kita anggap puaaaling kebetulan pun pasti ada hikmah dan campur tangan Tuhan di sana. Salam kenal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga ya.. terimakasih sudah berkunjung ^^

      Hapus

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)