“Kebiasaan
merupakan suatu aktivitas yang sudah mendarah daging di dalam diri kita”
Oke,
kebiasaan bisa saya artikan seperti itu.
Bayangin,
suatu aktivitas yang sudah mendarah daging!
Kebiasaan
ini ada dua, kebiasaan baik dan buruk. Berarti, kebiasaan ini bisa berdampak
baik maupun berdampak buruk terhadap kita.
Ada dua
kabar yang perlu kita ketahui. Pertama kabar baik. Yang kedua kabar buruk.
Kabar
baiknya yaitu kebiasaan bisa kita ciptakan. Kebiasaan itu bisa kita bangun
sampai akhirnya mendarah daging.
Sedangkan
kabar buruknya ialah kebiasaan baik punya aturan main yang berbeda dengan kebiasaan
buruk, yang mana kalau kita ingin membangun kebiasaan baik, maka kita perlu
motivasi yang besar, perlu tenaga yang lebih, segalanya dibangun dengan
sungguh-sungguh, butuh waktu panjang, butuh kesabaran.
Kemudian
lakukan sebaliknya, tidak perlu bersusah payah mencari motivasi, nggak butuh
tenaga yang besar, nggak usah direncanakan, nggak butuh waktu yang panjang,
nggak pakai sabar-sabaran maka terciptalah kebiasaan buruk itu. Kebiasaan buruk
merupakan kebiasaan yang paling mudah dibentuk.
Belum
selesai.
Kebiasaan
buruk masih lebih unggul lagi dalam satu hal. Kebiasaan buruk, kalau sudah
terbentuk, sulit sekali untuk dibuang. Sedangkan kebiasaan baik, yang sudah bersusah
payah kita bangun tersebut, sekali saja muncul niat untuk membuangnya. Nggak butuh
waktu yang lama. Bim sulabim, hilang. Hilang dimakan rindu. –paan sih.
Pada kebiasaan
kita yang baik, sekali saja kita mencoba untuk tidak melakukannya, otak secara
otomatis akan merekam dan menyimpulkan bahwa rasanya enak. Contohnya, kita
terbiasa nabung nih. Sehari Rp. 2000 misalnya. Dengan asumsi uang saku kita Rp.
10.000 (anak SMP). Besoknya nyobain jajan sampai Rp 10.000. Dibilang enak, ya enak
hari itu. Karena dapat nasi campur dan minum. Besoknya lagi, suara di dalam
otak sudah beda. Niatnya mau nabung Rp. 2000, tapi cuma bisa jajan gorengan. Perut
nggak kenyang, nggak dapat minum pula. Sehingga kesimpulan di dalam otak, “enakan
seperti kemaren dapat nasi dan minum. Besok ajalah nabungnya.” Besok, besok dan
besok hingga akhirnya kebiasaan baik sebelumnya itu, hilang dengan sendirinya. Bim
sulabim kan? Hehe.
Itu hanya
contoh kecil saja. Saya menulis ini, karena saya sadar, ada beberapa kebiasaan
baik yang sudah saya bangun bertahun-tahun, satu persatu hilang. Apabila kebiasaan
baik hilang, berarti akan tumbuh kebiasaan yang buruk. Begitu pula sebaliknya,
apabila kebiasaan buruk hilang, maka kebiasaan baik akan tumbuh karena pada
dasarnya,
“Kebiasaan
baik dan buruk selalu berlomba-lomba untuk menjadi bagian dari darah dan daging
kita”
***
Dulu,
saya punya kebiasaan shalat tepat waktu. Kalau keadaanya memungkinkan, saya
pasti ikut shalat jamaah di masjid terdekat. Tapi, ketika sudah masuk ke dalam
dunia perkuliahan dengan berbagai macam kesibukan, berbagai macam masalah yang
dihadapi, dan segala macam cerita di perkuliahan yang menguras energi itu,
kebiasaan baik saya pun hilang di telan rindu itu tadi. –paan sih.
Masalahnya
bukan terletak pada kesibukan ataupun masalah yang sedang saya hadapi, tetapi
karena saya mungkin pernah nyoba sekali untuk “yaudah, nanti aja shalatnya. Masih
panjang juga waktunya. Masih capek banget nih sumpah. Sudah pewe duduk di kantin
angin-anginan dulu.”
Yaelah,
cuma shalat tepat waktu doang. Lebay ah. Yang penting tu tetap shalat.
Oke saya
paham dengan sanggahan seperti itu. Tetapi, yang menjadi poin saya adalah
kebiasaan baik saya dulu ialah menata jam aktivitas saya dalam sehari. Kebiasaan
baik saya menuntun saya pada kedisiplinan. Di dalam islam, shalat ada lima
waktu. Yang artinya, jam-jam aktivitas kita telah ditata. Bukankah ini sesuatu
yang baik yang mana mengingatkan kita terhadap waktu sehingga kita seolah-olah
diberikan peringatan apabila kita bekerja atau sedang melakukan sebuah
aktivitas tersebut secara berlebihan atau tidak?
Adanya
jam-jam shalat tersebut agar kita bisa menata dengan baik rencana harian, bisa
juga memberikan waktu kepada kita untuk rileks sejenak, tentu saja hal-hal baik
ini, dapat membentuk kita menjadi pribadi yang disiplin terhadap waktu.
Namun,
kebiasaan baik saya hilang. Karena saya telah “mencoba sekali” absen untuk
tidak melakukannya. Sehingga kebiasaan itu langsung berubah menjadi kebiasaan
buruk. “menunda-nunda”
Saya juga
punya kebiasaan baik yang lain yaitu dulu saya tidak suka begadang. Tetapi,
kebiasaan baik saya yang satu ini hilang dan sekarang hampir setiap hari saya
begadang kalau nggak jam 12 atau lebih, baru saya bisa tidur. Padahal kebiasaan
ini fatal banget untuk kesehatan saya di masa yang akan datang. Walaupun
kebiasaan buruk ini bukan atas dasar kemauan saya sendiri pada awalnya. Tapi,
hal ini terjadi sudah pasti karena saya pernah keluar dari kebiasaan baik saya
tersebut.
Lanjut,
kebiasaan baik saya yang lainnya yaitu dulu hampir setiap bulan saya pasti beli
satu atau dua buah buku. Saya anggarkan uang saya buat beli buku. Lagi dan
lagi, kebiasaan ini hilang. Sudah dua tahun terakhir ini, saya tidak pernah membeli
buku lagi. Akibatnya, saya jadi malas membaca.
Terakhir,
Satu kebiasaan baik saya yang hilang ialah dulu saya sangat pantang sekali
berkata misuh. Dua puluh tahun lebih saya jauh dari kata-kata misuh. Sampai suatu
ketika saya mencoba sekali untuk berkata misuh mulai dari yang halus-halus
seperti anjir, kampret, dan sebagainya. Akhirnya tanpa sadar kebiasaan buruk
itu, tumbuh di dalam diri saya. Mungkin hal ini karena saya terbiasa dengan
lingkungan saya yang sekarang yang mana kata-kata tersebut sepertinya hal yang
wajar. Padahal ini salah. Jelas salah. 100% salah!
Saya sadari,
ada banyak sekali kebiasaan baik saya yang hilang. Beberapa kebiasaan
yang saya bagikan tersebut, hanyalah beberapa dari sekian kebiasaan-kebiasaan
baik saya, yang sudah hilang. Saya menulis ini dengan penuh rasa sesal dan
kesal. Kenapa bisa hilang? Padahal dalam membangun kebiasaan-kebiasaan baik
tersebut, bukanlah hal yang mudah.
Tetapi
saya sadar, sesal dan kesal tersebut tidak begitu banyak berguna bagi hidup
saya. Yang bisa saya lakukan adalah mereset ulang dan kembali seperti
sebelumnya.
Semoga
pembaca yang budiman (hihihi), ketika membaca tulisan ini, kemudian teringat
akan kebiasaan baik yang pernah dimiliki, namun hilang juga karena apapun
alasannya, saya hanya bisa berkata :
“yuk,
kita kembali lagi pada kebiasaan baik kita masing-masing.”
sekali kau meninggalkan kebiasaan baik, maka akan terjadi untuk yang keduakalinya
BalasHapusFollow back ya http://ridous.blogspot.com dulu kamu pernal follow blog saya namun kehapus blognya. saling follow lah
meluncur
Hapus