Sumber gambar: sobatsegar.com
Kemaren, emmm..
Tepatnya sih hari selasa lalu.
Badan saya terasa kurang baik setelah bangun pagi. Awalnya saya kira mungkin
itu masuk angin karena yang saya rasakan nafsu makan menurun, badan rasanya
setengah menggigil, tapi nggak ada rasa pusing sama sekali.
Menjelang sore hari, rasa
ketidaknyamanan itu nggak juga hilang-hilang. Padahal sudah saya bawa makan. Makin
sore, ketidaknyamanan tersebut bertambah. Tadinya cuma menggigil dan nggak
nafsu makan. Lah, kok jadi nambah perut rasanya nggak enak terus bawaannya mual
terus.
Ketidaknyamanan ini berlangsung
sampai malam. Saya masih mengira kalo itu cuma masuk angin. Lalu, malam itu
saya pergi mencari minuman jahe. Singkat cerita malam itu saya minum jahe dan
makan roti terus istirahat sambil youtube-an.
Berharap keesokannya sudah
baikan, eh pas bangun pagi secara otomatis tangan saya langsung memegang perut
saya. Rasanya nggak enak banget (bingung menjelaskan rasanya dengan sebuah kalimat),
yang jelas rasanya itu, serius, nggak enak banget!. Badan saya rasanya lemas,
ditambah suara dari dalam perut “KRUYAK KRUYAK”.
Saya masih dalam keadaan baring,
lalu muncul rasa ingin buang angin yang biasanya kita sebut “khentuth” itu. Si khentuth
ini tidak seperti biasanya. Ada rasa-rasa yang beda, yang tentunya sangat
teramat mencurigakan.
Belum sempat bebas, Saya yang
sudah curiga, secara bersamaan menahan hal itu jangan sampai ‘dia’ lepas. Tanpa
pikir panjang, saya langsung bangun dan buru-buru mencari jamban untuk
mengamankan diri. Saya tidak akan tertipu dengan khentuth palsu itu.
Setelah mengamuk di ruangan
sempit itu selama beberapa menit tadi, saya kembali ke kamar dengan jalan
seperti kakek-kakek berusia 82 tahun sambil bersuara pelan “aduh-aduh”.
Fix. Saya kena diare.
***
Sumpah ya, kena diare bukanlah masalah yang
remeh. Penyakit ini ganggu banget. Seandainya diare ini adalah manusia, mungkin
dia sudah jadi sasaran empuk untuk di hajar secara masal. Bayangin aja, badan
rasanya lemas bahkan duduk aja agak sulit, nafsu makan hilang, mual-mual
berkepanjangan, perut sakit-keram-mules-mules menyebalkan, belum lagi yang
repotnya itu bolak-balik ke toilet. Hampir nggak bisa ngapa-ngapain kita.
Karena hal itulah saya benci sebenci-bencinya
sama diare.
Sejauh ini, saya sudah kena diare dua kali. Yang
pertama waktu maba dulu dan kedua hari rabu kemaren.
Pas maba dulu, waktu saya kena diare, masa penyembuhan
terbilang lama yaitu selama empat hari baru sembuh. Hal itu karena saya kurang
mengerti cara penyembuhannya.
Semenjak sembuh dari diare beberapa tahun lalu
itu, saya bersumpah,
“Amit-amit dah, jangan sampe kena diare lagi. Kapok. Cukup
sekali ini”
Alhasil, tekad itu bertahan sampai dengan hari
emmm.. selasa kemaren.
Saya kena diare lagi untuk yang kedua kalinya.
***
Balik ke seperti kakek-kakek umur 82 tahun yang
sedang berjalan tadi. Kemudian saya masuk kamar, langsung baring, badan saya
lemas, saya nggak kuat duduk, rasanya tidak mengenakkan lah pokoknya. Saya
riset kecil-kecilan. Mencari informasi sebanyak-banyaknya demi terbebas dari
penyakit yang tidak berfaedah itu.
Setelah cukup dan mantap, saya ngomong dalam
hati,
“Pokoknya, diare ini nggak boleh lebih dari satu
hari”
Walaupun habis ngomong seperti itu, saya
bergegas, kembali mencari jamban.
Dari sekian solusi dan pengobatan yang
ditawarkan. Saya memilih dua pengobatan yang paling sederhana dan tidak
merepotkan. Apa itu? – pisang dan air putih.
Sebenarnya ada yang lebih sederhana lagi
daripada penyembuhan yang saya lakukan kemaren yaitu minum obat. Tapi, bagi
saya minum obat itu adalah pilihan terakhir saja. Saya selalu berusaha
menghindari obat-obatan. Selagi penyakit itu bisa sembuh tanpa obat, saya tidak
akan minum obat. Saya minum obat apabila terdesak atau penyakit yang sedang
dialami memang sudah jelas-jelas memerlukan obat sebagai penyembuhannya.
Pagi itu, setelah buang sial di toilet untuk
yang kedua kalinya, dengan memaksakan diri saya keluar untuk membeli sarapan
dan mencari pisang.
Nah, mulai dari baris inilah yang ingin saya
bagikan.
***
Alhamdulillah saya sembuh dari diare tersebut
dalam waktu satu hari. Dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, waktu
pertama kalinya saya terkena diare, kali ini saya sembuh lebih cepat. Terus,
apa yang saya lalukan kemaren?
>
Saya sarapan bubur ayam
> Saya
MENGHINDARI makanan seperti cabe/sambal pedas, sambal kacang, sambal yang
mengandung banyak minyak, nasi dengan lauk yang keras (ayam crispy dan
crispy-crispy lainnya), lauk-laukan yang
kering (lauk yang di goreng), dan nasi goreng. Khusus nasi goreng, Dilarang
keras apabila ingin cepat sembuh!
>
Saya makan soto. Makanan-makanan berkuah seperti soto bisa jadi pengganti dari
makanan sehari-hari kita selama diare. Selain soto, bakso dan rawon juga bisa
asalkan nggak pake sambel pedas dulu.
> Saya
mengkonsumsi pisang ambon satu sisir. Selama terkena diare, upayakan kita lebih
sering makan semisal setiap 3-4 jam sekali. Nah, posisi pisang disini sebagai
cemilan atau menjadi pengisi waktu diantara jam makan kita misalnya makan pagi,
siang, malam. Kemaren, saya mengkonsumsi mungkin sekitar 14 biji pisang.
>
Saya banyak minum air putih. Kemaren saya menargetkan minum lebih dari 2 liter.
Karena saya tahu, kalo udah kena diare, kita akan banyak kehilangan cairan di
dalam tubuh. Untuk itu kita perlu menyeimbangi dengan banyak minum air putih
juga.
Jadi, itulah yang saya lakukan dalam penyembuhan
diare kemaren. Motivasi saya cuma satu, saya nggak mau lama-lama diarenya. Nggak
enak, sumpah!. Rasanya seperti tersiksa sendiri.
Oh iya satu lagi. Kalo kita sedang terkena
diare, mood kita sudah pasti rusak, nafsu makan kita hilang.
Terus gimana dong? Pokoknya paksa aja makan
dan minumnya. Khususnya minum air putih, itu berat banget. Karena pas kita lagi
diare, minum air putih itu agak susah, bawaannya nggak enak minum. Pokoknya
enak nggak enak banyakin aja minum air putih….. itu kalo mau cepat sembuh sih
^^
***
Oke, mungkin ini dulu yang bisa saya bagikan.
Semoga bermanfaat :)
-FA
akhirx ngeblog lg kw bang ckckck ane 4 bulan lalu jg kena diare hhhaah. sukses blognya bang
BalasHapusanonim ya :) thanks
HapusDiare juga bisa karena stress mas. Kata dokter sebelah :)
BalasHapusSetuju (y)
Hapus