Senin, 20 Mei 2019

di Dalam Dada Yang Menggelegar

Baru saja saya memutar lagu yang sama berulang-ulang, lagu yang mendadak mengusir rasa kantuk saya, barusan. Lagu dasyat ini sudah dari tiga minggu lalu membuat saya penasaran, tapi saya tidak serius mencarinya. Saya hanya berusaha mengingat, mengingat barangkali saya masih ingat judulnya. Saya tahu bandnya apa, sangat mudah sebenarnya mencari lagu ini. Tapi saya hanyut dalam rasa penasaran, memaksakan mengulik di dalam kepala, dan hasilnya nihil.

Malam ini secara nggak sengaja saya menemukan satu konten Youtube yang menyinggung lagu ini. Nggak pakai basa basi akhirnya langsung saya putar. Lagu itu adalah


“A Little Piece Of Heaven – Avenged Sevenfold”

Yeeeaahhhhhh!!!!!!!!!!! Salam jari banteng!!!!


Pertama saya putar, saya langsung nonton Official Music Video-nya. Jujur aja baru kali ini saya nonton video clipnya. Dulu, saya hanya menikmati lagu ini melalui mp3 yang harganya 130 ribuan dengan earphone yang suara bassnya cuma sampai pertengahan kabel atau saya meminjam HP teman saya yang pada saat itu sudah menjadi HP primadona di kelas, kemudian saya dekatkan speaker hpnya ke telinga sebelah kanan, lalu manggut-manggut asik sendiri.

Niatnya mau menikmati lagunya, tapi fokus saya malah pecah menyimak video clipnya yang menyeramkan.

Saya tahu betul, tipikal orang-orang di negara maju setiap kali membuat sebuah karya. Pasti ada perencanaan yang sangat matang, tidak terpikirkan, dan sangat mendetail. Saya ulang sampai dua kali (padahal lagu ini terbilang panjang juga sekitar 7 menitan untuk satu lagu) tapi saya penasaran banget apa maksudnya?

Kira-kira seperti itulah jalan pikiran saya dalam memproses sesuatu.

Saya masih tidak begitu yakin dengan makna lagu tersebut. Dan sekali lagi, sebenarnya apa makna tersirat dari lirik lagu ini?

Dulunya saya cuek dengan makna lagunya. Mungkin karena dulu saya masih belum sampai untuk bisa memikirkan makna lagu ini. Tapi setelah melihat video clipnya barusan, saya berpikir ulang,
“Untuk band sekeren ini, sejenius ini, apa maksud mereka? Maksud yang ingin mereka sampaikan apa sebenanya?”

Stop. Stop saya memikirkan ini. Saya tahu. Saya sadar saya bukan golangan kaum bertindik dan penikmat lukisan kulit sehingga saya kesulitan untuk memahami cara berpikir mereka. Tapi yang saya tahu, saya menikmati banget karya-karya mereka. Karya yang luar biasa.

Bodo amat, daripada saya fokus perhatikan video clip mereka yang serem itu, lebih baik saya cari video konser mereka saja. Toh yang ingin saya nikmati adalah karya mereka.

Dan benar saja, video konser mereka membuat isi di dalam dada saya menggelegar. Tadinya saya nonton sambil baring-baringan, kemudian saya langsung duduk sambil senyum-senyum, manggut-manggut dengan rasa penuh takub dan kagum.

“Gila, lagu ini dalam banget. Rasa dari sebuah lagunya nyampe gitu lo sampe ke bagian inti sanubari.” *mulai ngacok, karena bingung mau menggambarkan lewat kata-kata itu begimana.

Yang saya rasakan adalah saya jadi nostalgia. Saya jadi ingat masa-masa sekolah dulu. Masih kecil, masih kurus, dan bau ketiak siang. Saya ingat dulu saya cinta banget sama musik. Saya senang banget main musik dan nyanyi-nyanyi nggak jelas. Smartphone belum ada. Sosial media juga nggak ada. Ada sih, Facebook. Tapi untuk bisa main facebook, kita harus ke warnet dulu.

Saya ingat juga, dulu saya kuat banget dengarin lagu. Sehari bisa sampai 20 lebih lagu. Hampir semua lagu di playlist saya, saya hafal.

Di tahun-tahun itu, bersama dengan melegendanya lagu A Little Piece Of Heaven, banyak sekali band-band dan jenis musik yang keren-keren. Bukan keren efek ataupun editing suaranya yang canggih, tapi memang pure kualitas musisi di dunia pada saat itu lebih canggih daripada editor musik jaman sekarang.

Sebagai orang yang lahir di tahun 1998 di kurang sekian sekian, saya bersyukur banget di jaman itu saya menjadi orang yang bisa mencintai musik/ sebagai penikmat musik, dan mau mendengarkan lagu. Salah satunya lagu A7X ini. Saya bersyukur dulu saya diberikan kesempatan untuk menikmatinya.

Dan sekarang, ketika saya mendengarkan ulang lagu ini, saya jadi bermain dengan suasana yang seolah-olah saya melihat masa lampau dari sebuah atap rumah. Saya berdiri di atas sendiri dan di bawah sana ada diri saya dan semua dengan kejadian-kejadian yang sudah lewat sedang duduk di meja bundar seperti orang-orang yang lagi berdiskusi. Ini menyenangkan.

Kalau di ingat-ingat lagi, dulu saya harus diam-diam untuk mendengarkan lagu ini. Karena lingkungan saya bertolak belakang dengan musik-musik berjenis hantu, ujar mereka. Tapi lagu lain, contohnya seperti Dear God, mereka fine-fine aja. Mereka langsung satu suara, gakpapa bagus itu. Lagunya buat Tuhan. Hmmmmm dasar +62 (yang nyanyi juga si apenjet ooiii)

Lucu juga kalau di ingat-ingat, padahal hari ini ketika saya melihat kembali, bukan masalah hantu atau nonhantunya yang cuma bisa kita lihat. Tapi coba pikirkan baik-baik, “ini si apenjet sepenfold kok bisa sih bikin, ngeracik, menciptakan sebuah lagu yang luar biasa begini? Mereka belajarnya kayak gimana? Belajarnya dimana? Belum lagi suaranya si M. Shadows yang teramat istimewa.

Mungkin iya, band ini kecenderungannya agak melenceng seperti ngedrug, ngedrink, nge----tiik apa lagi yak? Tapi kan nggak selamanya hal negatif itu yang selalu kita lihat. Sisi positifnya juga ada, salah satunya skill dan kecerdasaannya dalam bermusik? Ya nggak?

Tapi hari ini, alhamdulullah saya bisa menikmati lagu keren ini tanpa ada rasa-rasa +62 yang mengganggu. Sampai nggak terasa lagu ini sudah 7 kali saya putar ulang. Dan sensasinya masih tetap sama, yaitu membuat saya menggelegar.


Agar saya menjadi bagian dari lagu ini, maka dari itu saya harus menjadi 1 dari 98 ribu yang jempolnya di kasih warna biru. *khusus di youtube, saya klik like kalau memang sebuah video itu bisa membuat goyang perasaan saya yang flat ini




*Memakai earphone sangat di rekomendasikan untuk menonton videonya ^^

4 komentar:

  1. duh saya kalo sendiri malah suka serem, apalagi kalo malam hehehe

    BalasHapus
  2. Oh lagunya Avenged Sevenfold ya kang, kalo aku sukanya lagu Indonesia saja, ada sih beberapa lagu luar yang aku suka tapi jarang, tidak paham bahasanya soalnya.😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak masalah, lagu-lagu indonesia juga bagus-bagus kok ^^

      Hapus

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)