Kamis, 28 Agustus 2014

Belajar Dari Seorang Teman

Pertemanan adalah salah satu kunci untuk perkembangan diri

Berbagi pengalaman dengan sedikit bercerita, saya mempunyai seorang teman yang baik. saya sangat menyukai satu kebiasaannya yang tidak saya miliki. Tapi saya katakan bahwa itu bukanlah kebiasaan tapi kelebihan.

Semenjak kita kenal dan akrab, saya suka mengamati dia. Sangat jarang orang seumuran dia memiliki satu kelebihan khas seperti itu. dia adalah orang yang tepat janji. Ketika berjanji, berusaha dia tepati dengan optimal.

Salah satunya adalah ketika kami janjian. Semisal ketemuan atau buat suatu rencana jam sekian di tempat sekian. Satu kalipun saya tidak pernah liat dia ingkar. Dan selalu tepat seperti apa yang kita rencanakan sebelumnya.

Dulu waktu masih pertama kali kenal, kemudian kita buat janjian. “besok kerumahku dulu ya jam 9? Baru kita sama-sama kesananya. Jam 9 lo ya. Awas kamu ngaret.” “Oke.” Jawab dia.

Besoknya beneran datang tepat jam 9. Padahal saya belum mandi. Hehe. Saya bilangin jangan ngaret eh malah saya sendiri yang ngaret. Saya terlalu meremehkan dia sih pada waktu itu. kirain sama seperti teman-teman yang lainnya. Ketika itu saya malu sekali sama dia.

Namanya juga masih pertama kalinya punya teman yang seperti itu. jadi saya belum siap. Saya tau itu buruk. Tapi sebenarnya sikap buruk saya itu bermula dari ketika saya sebelumnya sudah apatis dengan sikap teman-teman saya yang lain. Yang selalu ngaret. Gak pernah tepat waktu.

Padahal saya sudah berusaha untuk tepat waktu. Tapi sering kecewa ketika saya harus menunggu lama teman-teman yang lain. Padahal janjiannya sudah 1 jam yang lalu misalnya.

Bahkan kadang-kadang ada juga yang parah. Membatalkan janjian ketika saya sudah menunggu lama. Karena sering merasakan hal seperti itu akhirnya saya jadi malas untuk bisa ontime. Itu adalah sikap yang buruk dan ujung-ujungnya kembali kepada diri saya sendiri. Ternyata saya juga yang rugi. Tapi akhirnya saya sadar kembali ketika bertemu teman yang satu itu.

Peristiwa pertama saya malu. Kemudian saya belajar untuk tidak mengulangi di kemudian hari. Saya berusaha untuk bisa nyeimbangi dia. Janjian berikutnya, terjadi lagi. terus dan terus hingga janjian keempat barusaha bisa menyeimbangi dia. Hingga akhirnya saya bisa ontime juga.

Nah saya belajar dari kebiasaanya yang tepat janji itu, ternyata pelajaran berharga tersebut tidak bisa saya dapatkan kalau saya tidak ingin belajar.

Hingga sekarang saya terus berusaha untuk menerapkan kebiasaan tersebut. Saya belajar, bahwa dari kebiasaan tersebut akan membuat orang lain segan untuk membuat sebuah janji kepada kita.

Karena kita akan lebih serius dengan janji tersebut. Dan juga orang lain akan lebih menambah kepercayaannya dengan kita. Persis seperti yang saya rasakan ketika saya janjian dengan teman saya tersebut.

Memang kita belajar darimana saja. Tidak ada yang sia-sia ketika kita mau belajar. Hanya orang-orang yang tidak suka belajar saja yang tidak akan berkembang. Karena semua akan kembali kepada diri kita masing-masing. Tentu, semua akan kita rasakan manfaatnya kelak.

Betapa ruginya ketika kita berteman dengan seorang teman tapi tidak ada yang bisa kita pelajari dari dia. Dalam hal tersebut, masalahnya ada pada diri kita sendiri.

Yaitu tidak mau belajar dari teman. bukan hanya kelebihan teman saja yang kita jadikan pelajaran, tetapi kekurangannya pun adalah sebuah pelajaran. kita harus bisa melihat itu semua untuk kita terapkan pada diri kita.

Sudah berapa banyak kita belajar dari seorang teman?. temukan jawabannya sembari muhasabah diri ^^

Salam kenal dan untuk lebih kenal atau sekedar ngobrol-ngobrol Follow aja twitter saya : @akhi_fathur

2 komentar:

  1. Wah, bener tuh. Harus belajar dari teman.
    Kalau teman kita sukses, kita juga harus belajar darinya. Siapa tahu ketularan sukses. :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)