Senin, 11 Agustus 2014

Kalau Aku Kerja

Kalau aku kerja aku akan beli mobil.
Kalau aku kerja aku akan beli rumah.
Kalau aku kerja aku akan berangkatkan orangtuaku naik haji.

Sudah saatnya kita berfikir bijak

Dari daftar-daftar keinginan tersebut, begitulah pada umumnya keinganan-keinginan atau angan-angan dari seseorang ketika memimpikan suatu hari nanti kalau ia sudah bekerja.

Oke gakpapa, gak masalah. Karena setiap orang boleh-boleh saja memimpikan hal itu jika memang bisa menambah semangat dengan mengingat setiap keinginan tersebut. Yang tadinya kurang semangat, bisa menjadi semangat lagi. yang tadinya lemes, bisa bangun lagi ketika ingat akan angan-angannya tersebut.

Nah, tapi ada hal yang sedikit menjanggal di fikiran saya ketika bertemu beberapa orang yang pernah saya jumpai. Saat itu saya fikir itu adah hal bijak. Namun lama kelamaan bagi saya itu sama sekali tidak bijak. “kalau aku kerja baru aku merokok.”

Kalau aku kerja baru aku merokok. Kenapa?. Karena aku sudah bisa mencari uang sendiri, gak minta uang lagi sama orangtua buat beli rokok. Kata temen saya ketika saya tanya kenapa gak morokok pas masih SMA dulu.

Awalnya saya hanya sedikit mengamatinya. Oke sebentar. Kita sebut aja namanya Edward. Asik. hehe

Belum lama saya mengenal Edward ini, sekilas saya lihat seperti anak nakal. Dari kumpulan-kumpulan temannya, memang Edward ini sering ngumpul sama anak-anak yang rada-rada. lama kelamaan saya pun kenal juga sama dia. Saya amati lebih dalam ternyata dia tidak bertaring dan kulitnya sawo matang.

Oh tidak-tidak, saya fikir dia vampire, ternyata cuma orang biasa aja. Hehe. Ini kesalahan saya yang memakai nama Edward. Oke kita skip vampirenya.

Kemudian kita saling kenal dan ternyata dia anak yang baik. Dia akan menjadi anak nakal saat dia bersama anak nakal juga. Dan akan menjadi anak baik kalo bersama anak baik. Keren nih anak.

Terus, saya perhatikan lagi, kok ni anak gak ikut merokok ya. Padahal semua teman-temannya merokok dan minum. Karena kita memang sudah saling kenal, maka saya pun bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan biasa aja.

“ward, kok kamu gak merokok. Kenapa?.”

“ya gak papa, aku memang gak merokok.”

“wah, sip sip. Bagus tuh. Ngapain juga merokok. Buang-buang uang. Lagian manfaatnya juga apaan. Gak bakal bisa bikin ganteng kan ya? Hehe.”

“bukan gitu thur, aku gak merokok karena aku belum kerja. Kalau aku kerja baru aku merokok karena sudah bisa cari uang sendiri.”

Deg. Spontan saat itu saya berfikir bahwa anak ini bijak juga ternyata. Masih bisa mikirin orang tua. Gak mau merokok karena masih makan duit orang tua. Dan ternyata itu toh prinsipnya. Good good.

Waktu itu sih saya salut sama dia. Selain gak mau merokok, dia juga gak mau minum. Katanya, “aku gak mau minum. Gak enak. Aku sudah pernah nyoba. Rasanya gak enak. Aku gak bakal mau minum lagi. mending minum jus atau apa gitu. lebih enak dan lebih berasa.”

Waw, keren memang nih anak. Ngumpulnya sih memang sama anak-anak gaje gitu. tapi masih punya prinsip. Oke saya katakan keren saat itu.

Jujur sih, saya pribadi memang gak suka banget sama rokok. Saya akan merasa terganggu sekali ketika ada orang merokok di sebelah saya, atau walaupun gak di sebelah saya tapi kalau asapnya mengenai saya, itu sangat mengganggu karena bikin saya mual.

Maka dari itu, teman-teman saya sudah paham kalau saya gak suka banget sama rokok. Sehingga kalau mereka mau merokok, paling tidak pergi atau saya yang pergi. Ini namanya saling pengertian. Ini pengertian yang nyata. Tssssaaaaaahhh :D

Karena saya memang gak suka rokok, sehingga waktu itu saya katakan bahwa Edward bijak. Tapi tidak lama kemudian, semakin usia saya bertambah ya segitu-segitu aja. Tetap 17 tahun. Saya pun berfikir benarkah yang di pahami Edward tersebut sudah bijak?. Ternyata jawabannya adalah tidak bijak sama sekali.

Ohya, kenapa?. Kita ulang apa yang di katakan Edward, “Kalau aku kerja baru aku merokok karena sudah bisa cari uang sendiri.” Coba kita fikir ulang, setengah mati kita bisa mendapat pekerjaan nantinya. Ketika dapat seharusnya kita bersyukur atas apa yang kita dapat. Agar nikmat Tuhan terus bertambah di dalam kehidupan kita.

Dia telah memberikan kita kesehatan, nafas yang setiap saat. Belum lagi uang yang kita cari terdapat berkah, bagaimana mungkin berkah itu di bakar bersama dengan rokok yang berujung pada kerugian. Diri sendiri dan juga orang lain. Atau kalaupun tidak merugikan oranglain, karena bisa merokok cerdas. Yaitu merokok selain di tempat umum. Itu memang cerdas. Tapi tetap merugikan diri sendiri.

Bukan hanya Edward saja yang saya tanyain seperti itu. tapi beberapa teman-teman saya yang lain saya tanyain hal yang sama juga dan saya mendapatkan jawaban-jawaban yang kurang lebih sama. Yaitu kalau aku kerja, baru aku merokok. Tunggu kerja dulu lah, jangan minta uang orangtua dulu kalau mau merokok.

Sayang banget ya padahal awalnya gak merokok tapi bakal merokok ketika sudah kerja. Sudah bisa cari uang sendiri. Yang tadinya bijak, ternyata salah total. Salah arti dan salah pemahaman. Yang bijak itu, ketika berkata hal yang sama namun bobot dari apa yang di katakan berbeda dan berlawanan, yaitu :

“ketika aku kerja, aku akan lebih banyak lagi menginfaqkan uangku demi Rabb yang telah murah kepadaku dan demi membantu sesama umat manusia.”

Setuju gak? ^^

Salam kenal dan untuk lebih kenal atau sekedar ngobrol-ngobrol Follow aja twitter saya : @akhi_fathur

12 komentar:

  1. Nice postingan mas Fathur mari kita kerja buat ibadah ^-^ semoga terus bermanfaat, semoga kita dilimpahkan rizki biar bisa berinfaakk terusss mantap ^-^

    BalasHapus
  2. daripada bt beli rokok mending buat beli bakso,kata ponakanku nih hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. siip, bakso lebih enak ya. tambah enak lagi kalo di belikan. hehe

      Hapus
  3. Saran saja nih mas fathur, kalo gak merokok mending gak usah merokok sekalian mas, bebasin paru-parumu dari asap rokok. Toh gaji kamu kalo udah kerja kan bisa dialihkan buat hal-hal yg berguna, misal sedekah ke anak yatim, atau membahagiakan orang tua. Jangan menyiksa tubuhmu dengan rokok :)) Karena rokok itu lingkaran setan, sekali merokok susah untuk lepas darinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mas.. alhamdulillah sejauh ini saya gak merokok dan sampai kapanpun saya gak mau merokok :)

      Hapus
  4. Nice, merokok gak sama.sekali.bikin.keren... hahaha iya tapi masih aja banyak ABG mengkel yg mikir "kalo gak ngerokok gak kece" oh Tuhaaan, nyebelin~

    Btw main main yaaa ke blog kuuu http/: hayaafraaa.blogspot.com
    Jangan lupa bawa jus *apalah! Wkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. he'em.. keren darimananya.. ababil sih iya. hehe
      okey, sering-sering juga ya main ke sini :)

      Hapus
  5. duh, sama, mual kalo udah kena asep rokok >_<
    ya mudah2an aja ntar orangnya bisa berubah pikiran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya semoga bisa berubah. berubah untuk tidak egois mba :D

      Hapus
  6. Aku paling sebel kalau ada orang yang bilang "nggak punya duit buat makan, ngutang dulu dong" eh nggak taunya punya rokok sebungkus. Parah nggak sih? -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya bener tuh. kadang ada orang yang kayak begitu. lebih mentingin beli rokok daripada beli makan. aku pernah liat pengemis seperti itu :)

      Hapus

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)