Selasa, 03 Maret 2015

Jangan Undang Kestressan

Saya adalah tipe orang yang tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan, sumpek, kacau tidak karuan. Ini lebih ke tempat tinggal, sih. Kecuali dalam keadaan terpaksa. Misalnya, sedang liburan/ nginap di tempat saudara, nginap di kos/ rumah teman dll.


Namanya juga lagi numpang di rumah orang, ya harus terima. Apabila ini terjadi di kediaman saya sendiri, bisa stress saya dengan keadaan yang seperti itu. Saya tidak suka dengan kamar yang berantakan. Kacau balau dan segala macam, entah apapun itu namanya.

Memang, sih. Sesuatu yang wajar bila ini terjadi pada anak laki. Tapi, apa pandangan seperti itu tidak di rubah-rubah? apa salahnya bila pandangan seperti itu di rubah. Ya nggak? Karena bagi saya, apabila kediaman kita itu rapi, bersih, apalagi harum, akan membuat nyaman, tenang, santai dan pastinya tempat tinggal kita menjadi tempat yang pas untuk menenangkan pikiran dari setumpuk masalah yang kita hadapi dari luar rumah/kos.

Ada yang mengatakan bahwa ‘rumah adalah surga didunia’. Yah, saya ganti dengan menyesuaikan kondisi yang saya jalani sekarang. Bukan rumah, tapi kos-kosan. Saya setuju dengan itu. Walau pada kenyataannya kos-kosan tidak senikmat surga, hehe. *sedih

Bagi saya tempat tinggal harus menjadi tempat yang bisa memberikan ketenangan. Bukan malah sebaliknya membuat kita jadi stress. Mulai dari stress ringan sampai stress berat. Jangan sampai kita pulang dari aktivitas yang sangat melelahkan itu, justru di hadapkan kembali dengan hal-hal yang bisa membuat stress.


Semisal, pas kita pulang ke rumah/ kosan, kita dihadapkan lagi dengan baju-baju setumpuk yang belum di cuci, piring-piring kotor habis makan berhari-hari belum di bereskan, sampah yang berserakan (ada lo yang di rumahnya/ kamar kosnya melihara sampah), buku-buku yang kita cari tapi nggak ketemu-ketemu, lantai yang berpasir entah 4320 jam tidak pernah di sapu. Yah, saya tidak menafikan, ini biasanya kebiasaan para lelaki bujang (re: jomblo stadium paling parah sejagat).

iya, saya tau itu bukanlah kamar saya

Jangan undang kesetressan, itu yang selalu ada di dalam kepala saya saat saya mulai merasa malas untuk membereskan kamar apabila habis main laptop, makan, baca buku, nyalin catatan dsb. Atau juga muncul ketika saya mulai berfikir untuk menundanya.

Heey, ada suara-suara lagi yang muncul selain “jangan undang kestresan” itu. Apa itu? “menunda itu masalah.” Tiga kata yang sangat saya ingat dari kelas 6 SD dulu, ketika di suruh berdiri saat bimbel pelajaran bahasa Indonesia dan di suruh baca satu paragraf soal cerita.

Mungkin ada yang berfikir sama dengan saya bahwa kamar yang rapi, bersih, intinya tidak berantakan kacau balau bisa membuat kita lebih tenang, Lebih nyaman untuk beristirahat, lebih sedap di pandang mata dan bisa mengundang banyak inspirasi untuk melakukan sesuatu hal, semisal membuat suatu barang yang unik ataupun inspirasi buat nulis.

sekali lagi, oke! saya tau itu bukan kamar saya

Saya tau setiap orang itu beda-beda, mungkin ada yang biasa aja melihat kamar yang berantakan. It’s okey. Mungkin mereka nyaman-nyaman aja dengan hal itu. Yang jelas saya tetap yakin, bahwa kamar yang rapi, bersih, tidak berantakan apalagi wangi, itu akan menenangkan dan menghilangkan stress.

Semua itu bukanlah untuk oranglain. Ujung-ujungnya pasti akan kembali kepada kita juga manfaatnya. Setuju nggak? Sudahlah, mangguk saja, hehehe.

Selain memberikan manfaat buat diri sendiri, juga membuat kita ‘tidak malu’ ketika ada sodara, teman, apalagi orangtua yang datang secara “MENDADAK" ke kos kita. Jadi, nggak perlu sekejap menjadi cleaning service saat tau bahwa orangtua mau datang. hehehehe

Pernah suatu kejadian, saat saya secara mendadak main ke kos teman. Tanpa ngasih kabar sebelumnya bahwa saya mau main ke tempat dia. Eh, bukannya saya di suruh masuk, malah saya di ajak keluar lagi buat nongkrong dan ngobrol di luar aja.

Saya tanya, emangnya kenapa? Dia jawab, sori thur, bukannya apa-apa. Aku malu aja. Kamarku berantakan banget ee. Setelah berkali-kali saya memaksa untuk melihat ‘sedikit’ saja isi kamarnya. Akhirnya dia mengiyakan permintaan saya.

Setelah kepala saya masuk dari pintu kamarnya, innalillah, kamarnya super-super innalillah. Hahaha. Berantakan banget. Buku-buku, baju-baju, kolor-kolor, tisu-tisu, kartu remi, laptop, kasur, becek, hujan badai, numpuk jadi satu semua. Yang ada di pikiran saya, “apa dia nggak stress ya dengan keadaan yang seperti itu.” Sudahnya tugas banyak, belum lagi karena ada masalah.

Misal, pulang dari kampus terus harus nenteng motor karena ban bocor atau karena habis nabrak rumah orang kemudian orangnya marah-marah, sebagai ganti ruginya orang yang punya rumah itu jodohin kita sama anaknya yang idiot plus giginya ompong.

Kan kita tidak pernah tau, di luar, kita akan dapat masalah seperti apa. Nah, maka dari itu koslah yang menjadi penetralisir dari semua masalah yang kita dapat dari luar. Kita pasti lelah kan sehabis aktivitas di luar? Rumah/ koslah yang menjadi tempat istirahat.

Maka tidak salah saya menempatkan mimpi saya ingin mempunyai rumah. Mimpi punya rumah saya tempatkan di atas mimpi saya punya mobil. Apalagi di rumah ada istri yang solehah, cantik, baik, yang bagus-baguslah pokoknya. Ah,kok jadi melenceng gini sih. Back. Back!

Tempat tinggal harus kita setting sendiri. Semakin nyaman bagi kita, semakin kurang pula kestressan-kesetressan yang datang. Saya rasa, semua orang setuju kalo tempat yang rapi, bersih, tertata, enak di pandang mata, wangi itu bisa memberikan kenyamanan.

Saya saranin sekali lagi. Ingat, jangan undang kestressan :)

Salam kenal dan untuk lebih kenal atau sekedar ngobrol-ngobrol follow aja twitter saya : @akhi_fathur 

4 komentar:

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)