Selasa, 10 Maret 2015

Korban Film


Sebagai manusia yang terlahir di tahun 90-an, saya sangat bersyukur sekali bisa lahir di masa itu. Karena bagi saya, angkatan 90-an itu adalah orang-orang yang sempat merasakan indah-indahnya masa kecil yang memang “beneran” masa kecil.

Dulu informasi tak seluas seperti sekarang. Semua terbatas. Internet masih belum ada. Gadget apalagi. Tapi, justru karena itulah yang membuat semua masa kecil itu menyenangkan untuk orang yang “beruntung” bisa lahir di tahun 90-an.

Ini cerita saya. Mungkin, “loe-loe pade juga ngerasain” sebagai makhluk 90-an, saya pernah menjadi korban film. Pikiran-pikiran yang masih terbatas itu, serta merta apapun yang kita lihat dari TV semua kita ikutin.

Untungnya, pada saat itu filmnya masih sangat cocok untuk anak-anak. Kalaupun ada yang “cinta-cintaannya”, masih sangat sedikit banget. Pokoknya bedalah dengan film-film sekarang.

Oke, sebut aja film itu “GERHANA”. Kalau nggak salah, film ini tayang di RCTI tiap habis magrib. Dulu, saya suka banget nonton film ini. Sangking sukanya, saya berusaha apa yang terjadi dalam kehidupan saya, coba saya sama-samakan dengan Gerhana itu.

Misal, dia lahir pada saat bulan gerhana. Maka saya paksa ibu saya agar mengatakan bahwa saya juga lahir pada saat bulan gerhana. Padahal sudah dua kali ibu saya bilang bahwa saya lahir ketika subuh. Dan, itu bukan pada saat bulan purnama. Sampe saya bertanya untuk yang keempat kalinya, akhirnya ibu saya mengiyakan kalau saya lahir pada saat bulan purnama. Saya jadi senang. Tentu itu karena saya maksa. Oke. Lanjut!

Kalau saya ingat moment naïf itu, saya Cuma senyum-senyum manyun dan berusaha tutup muka pake baju. Karena saya malu sama alam ini.

Lebih naifnya lagi, saya benar-benar menjadi korban film itu. Saya berharap saya mendapatkan kekuatan dari bulan, agar saya bisa ketika melihat orang kemudian orang itu jatuh atau terlempar.

Saya mencobanya kepada teman saya dan beberapa orang yang mukanya terlihat begitu menjengkelkan, Dengan lirikan tajam dan konsenterasi yang tinggi. “sseeeeeeeet”, 5 detik kemudian tidak terjadi apa-apa. Saya hanya di kira seperti anak kecil yan autis. Cukup!

Cukup-cukup malu untuk di kenang.

Cerita berikutnya adalah ketika saya kelas 4 SD. Seingat saya film ini waktu saya kelas 4.

“DAN", dia manusia biasa. Dia sakti mandraguna

Yah, kira-kira seperti itulah lirik lagu soundtracknya

Apa ada yang ingat film ini? film pembodohan buat saya (karena saya menjadi korbannya waktu itu)

Film ini mengisahkan ada seorang anak culun yang selalu di bully keluarga dan teman-temannya. Namanya “DAN” yang di peranin sama Dimas Andrean. Lalu, suatu hari karena dia galau (waktu itu sih belum ada kata galau), dia pergi main ke pantai. Dengan sangat kebetulan sekali karena dia tokoh utamanya, maka dia beruntunglah ketemu sama putri duyung.

Kemudian putri duyungnya ngasih cincin. Habis itu si DANnya pulang malam-malam. Ceritanya sih mau di begal gitu. Terus si DANnya jatuh. Cincin yang ditangannya terlempar ke atas. Dan SECARA KEBETULAN yang kedua kalinya, cincin itu muter-muter di udara terus jatuh PAS di jari kelingking kanannya si DAN. Selanjutnya dia menghilang. Si tukang begal tempoe doeloe itu langsung kabur karena ketakutan.

Sumpah ya, waktu itu saya kagum berat. Seketika saya menjadi fans dadakannya dimas andrean. Tiap minggu saya cerita sana sini sama teman yang juga malamnya nonton film DAN.

Nah, yang mau saya ceritakan kegelian saya ini adalah waktu itu tiba masanya, dimana pale-pale penjual mainan, menjamur di seluruh Kota Bontang (kota asal saya) jualan cincin “DAN”. That’s really. But disappear, it’s really fantasy.

Dengan bersemangat sambil menyandang gelar “korban film” yang mana alamlah menjadi saksi ke naifan saya masa lalu, saya beli cincin DAN dari kakak kelas saya yang boongin saya waktu itu. Dia punya cincin DAN, terus di pake dan salahnya saya lihat itu ada di tangannya.

Dalam hati saya berkata, “itu nggak pantes di tanganmu, karena DAN yang sebenarnya adalah aku”. Betapa bodohnya dulu anak itu. Saya perjelas bahwa itu bukan saya. Saya cuma nulis kisah anak bodoh yang pernah menjadi korban film di masa lalu. Itu aja. *berusaha buang malu

Sekolah saya waktu itu belum menjadi daerah “jajahan” pale-pale mainan yang berubah menjadi pale-pale penjual cincin DAN (PPMYBMPPPCD). Karena saya tidak tau dimana belinya, maka saya paksa kakak kelas saya itu buat jual cincinnya. Awalnya dia nggak mau, tapi dia terus bohongin saya agar saya ngeluarkan kalimat-kalimat pamungkas. “berapapun harganya gue beli!”. Kakak kelas kurang ajar!

Akhirnya saya dapatkan cincin itu. Waktu itu hati saya sangat gembira. Betul-betul sangat bahagia. Sama halnya seperti orang yang menyatakan cinta, kemudian cinta itu di terima oleh dia sang wanita indah berpipi merah.

Hihihi.. kira-kira begitulah :D

Pulang sekolah saya langsung masuk kamar. Terus saya pura-para jatuh di kasur. Cincin DAN di tangan kanan saya yang kegedeean itu, saya buat agar melambung juga ke udara. Pada kenyataannya cincin itu sulit bisa pas jatuh ke jari kelingking saya. *film itu susah juga ya di praktekkan?

Pada percobaan yang ketiga kalinya cincin itu saya pegang dengan tangan kiri saya kemudian dengan khayalan kondisi matrix, cincin itu melayang-layang dan jatuhlah ke jari kelingking saya. Saya merasa saya sedang menghilang.

Lima hari setelah beli cincin sialan dari kakak kelas kurang ajar itu, PPMYBMPPPCD datang juga ke sekolah saya. Bisa di bilang datangnya agak lambat, sih. Ternyata cincinnya banyak banget dan itu bagus-bagus. Saya lihat-lihat, ternyata banyak cincin DAN yang bagus, harganya juga lebih murah, dan pas di jari manapun yang saya mau. #nyesal #nyesek || #kakak #kelas #semoga #kau #disunat #lagi #untuk #kedua #kalinya!!

Hari demi hari saya semakin sadar bahwa dengan memakai cincin itu, saya nggak bisa menghilang. Rencananya sih kalo bisa menghilang, saya mau menghajar teman SD saya yang nakal-nakal biar saya di takuti dan juga sekalian ngambil gorengan sama mie gelas di warungnya pak Witono (guru bahasa Indonesia saya waktu itu).


Saya menjadi sadar bukan karena saya semakin pintar. Bukan. Tapi karena saya sadar kalo saya dapat cincinnya dari pale-pale. Bukan dari putri duyung.

10 komentar:

  1. Saya jadi sadar diri saya sendiri :)

    BalasHapus
  2. segitunya za........ hehehe
    . cincin dankernya sekarang ada di gue.. hohoho

    BalasHapus
  3. wahaha... gw jg ingat gw sering nntn "Gerhana" sama "Dan" dulu.. tapi gua ngga ingat ceritanya sama sekali...

    gua paling ingat tuh si "Dan" itu sempat ntah di episod berapa di jadi ada bintang di jidatnya.. nah ilmu dari bintangnya gua lupa sih... haha

    Tontonan yg plg gua ingat mah doraemon dan teman-teman kartun minggunya kaya hamtaro, pman, dan lain lainnya.. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha,, emang ya kita sebagai angkatan 90-an tu menyenangkan banget dah pokoknya :D

      Hapus
  4. jadi inget sinetron dunia tanpa koma. tau?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pernah tau.. tapi udah lupa itu film yang kayak gimana. soalnya udah lama banget :)

      Hapus

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)