Selasa, 08 September 2015

Nyaris Jadi Pedagang Emas


Pada tahun 2006, saya merantau ke Kalimantan Selatan. Saya ikut hidup bersama om saya (adik kandung dari ibu saya) beserta keluarganya (istri dan anak-anaknya). Selama menjalani kehidupan disana, saya seperti “anaknya raja”. Kenapa? Karena dikampung itu banyak anak-anak yang seumuran saya ‘agak’ sungkan buat ngajak saya main. Saya kayak orang yang diistimewakan. Padahal saya juga bukan siapa-siapa sebenarnya. Yang kaya om saya, buka saya.
Zaman itu permainan anak-anak banjar tersebut bisa dibilang lumayan liar. Tapi kalau saya pikir-pikir sekarang, sebenarnya itu nggak liar tapi justru permainan mereka “explore-explore”, “my trip my adventure” lah pokoknya. Sayang waktu itu masih belum ada instagram, ngePET (path), gopro, android, dll. Jadi nggak begitu WOW dimata orang ketika mereka menjelajah.

Hidup saya waktu itu antara dimanja dan nggak dimanja juga sih. Hanya saja saya nggak dibolehin buat main jauh-jauh, kotor-kotor, cape-capean. Pokoknya dirumah aja. Belajar and belajar. Namanya juga masih kecil, ya nurut-nurut aja.

Hampir dimana-mana orang kenal sama om saya ini. Seandainya saya tersesat sekalipun, saya nggak akan khawatir. Saya nggak akan bingung karena nggak ada GPS. Saya tinggal cari orang dan bilang “tolong antarkan saya ke rumahnya Haji Alis. Saya nggak tau jalan pulang pak/bu.” Pasti diantarkan. Sampe segitunya nama om saya ini dikenal oleh orang-orang.

Om saya adalah seorang juragan emas dikampungnya. Dulu saya sering melihat orang bolak-balik ke rumahnya buat jual beli emas. Nggak heran kalau ia terkenal, karena ia satu-satunya pedagang emas disitu.

Suatu ketika ibu saya sedang telponan dengan paman saya, di dalam pembicaraan mereka, mereka sedang membicarakan tentang masa depan saya. Kemudian om saya tersebut bilang, “nanti kalo Rahman sudah kelas 3, mau ku ajak dagang. Mau ku ajari dia dagang ikut aku jual emas.”

Singkat cerita saya nggak sampai kelas 3 di Banjar. Saya kembali pulang kerumah orangtua saya di Kalimantan Timur. Kemudian setelah lulus SMA, saya kuliah. Selama menjalani kuliah, saya teringat kembali rencana om saya dulu yang mau menjadikan saya seorang pedagang emas. Kalau saya pikir-pikir, saya sudah melewati satu kesempatan emas dengan dagang emas hehehehe. Satu kesempatan yang bisa nambah “cerita” di dalam hidup saya. Saya hampir saja menjadi seorang pedagang emas. Seorang anak yang bakal di mentor secara langsung oleh pedagang emas yang sukses.

Tapi mungkin memang ini alur cerita yang sudah diatur oleh Allah. Kalaupun semua rencana waktu itu berjalan dengan apa adanya, mungkin saat ini saya sudah menjadi seorang pedagang emas. Bukan mahasiswa. Seandainya saya jadi pedagang Emas, mungkin saya nggak akan terdampar ke kota Malang ini. Hidup ini lucu. Hidup ini masih susah buat ditebak.

“Hidup ini kadang-kadang misterius. Kadang Kita lebih sering menghadapi sesuatu yang nggak kita rencanakan daripada menghadapi hidup yang penuh dengan dugaan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca. Tolong tinggalkan komentarnya. Karena dengan komentar kalian, blog ini akan semakin bernyawa hehe. Salam, untuk para blogger se-Indonesia. Dari Malang (@akhi_fathur)